Bisnis.com, LONDON - Sebuah kajian yang disiarkan Kamis (22/9/2016) menunjukkan sikap pesimis masyarakat dapat menghambat upaya penanggulangan kemiskinan.
Pasalnya, hampir 90% responden keliru meyakini bahwa kemiskinan ekstrem dunia makin memburuk atau tak berubah dalam 25 tahun terakhir, lapor kajian tersebut.
Dalam survei yang melibatkan 26.000 orang dari 24 negara, 87% responden meyakini kemiskinan ekstrem tak membaik dalam dua dasawarsa terakhir - sementara hanya satu persen yang mengetahui tingkat kemiskinan telah berkurang.
Padahal, sebanyak lebih dari satu miliar warga keluar dari jeratan kemiskinan ekstrem - atau mereka yang hidup dengan pendapatan harian kurang dari US$1,25 - sejak 1990.
Proporsi warga miskin di negara berkembang juga turun sebanyak 14% pada 2015.
Namun, 800 juta warga masih terjebak dalam kemiskinan parah, ungkap penelitian perusahaan riset Belanda, Motivaction beserta lembaga donor, Oxfam dan Global Citizen.
Pihak tersebut mengatakan, masyarakat mesti terlibat dalam upaya penanggulangan karena jika tidak akan membuat pencapaian sebelumnya berisiko stagnan.
"Mereka akan terlibat serta sadar atas kemampuannya membantu mengurangi kemiskinan saat memahami usaha penanggulangan cukup berhasil dalam 20 tahun terakhir," kata juru bicara Oxfam, Matt Grainger.
"Berkurangnya tingkat kemiskinan adalah pencapaian terbesar sejarah manusia, tetapi tak begitu banyak diketahui, (hal itu) dapat menghambat keberhasilan yang telah dicapai sejauh ini".
Kajian itu dilaporkan setahun setelah pemimpin dunia sepakat mencanangkan sasaran ambisius baru untuk meningkatkan taraf hidup seluruh negara pada 2030.
Sebanyak 17 Misi Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) berikut 169 target di dalamnya merupakan panduan mengakhiri kemiskinan dan kelaparan, memerangi ketidaksetaraan dan menanggulangi perubahan iklim untuk 15 tahun mendatang.
Martijn Lampert, direktur riset Motivaction mengatakan, respon optimis terhadap penanggulangan kemiskinan datang dari wilayah yang perekonomiannya tengah tumbuh seperti China, India, dan Indonesia, mengingat masalah itu merupakan prioritas pertamanya.
Misalnya saja, 50% responden China mengatakan dengan tepat bahwa kemiskinan ekstrem berkurang setengahnya, sementara hanya delapan persen warga Jerman dan Amerika yang meyakini hal tersebut.
"Jika kita amati dunia industri barat, jumlah warganya yang optimis cukup rendah. Alhasil, salah satu kesimpulan kami, jika anda tak melihat kemiskinan itu berkurang, maka sulit untuk meyakininya," kata Lampert.
"(Hasil ini) menunjukkan ada kesalahpahaman mendasar dan peluang yang tak dimanfaatkan untuk meningkatkan usaha pemberantasan kemiskinan ke tingkat lebih tinggi".
Sikap Pesimis Masyarakat Hambat Penanggulangan Kemiskinan
Sebuah kajian yang disiarkan Kamis menunjukkan sikap pesimis masyarakat dapat menghambat upaya penanggulangan kemiskinan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
1 hari yang lalu
Bank BJB (BJBR) Bicara Dividen dan Strategi Anorganik
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
59 menit yang lalu
PDIP Balas Gerindra Soal PPN 12%: UU Inisiatif Jokowi, 8 Fraksi Setuju
2 jam yang lalu