Bisnis.com, JAKARTA - Serangan Iran terhadap Israel pada Selasa 1 Oktober 2024 lalu disebut membawa dampak ke berbagai sektor, termasuk Bitcoin.
Dilansir dari Bein Crypto, pada pedagangan 2 Oktober 2024, Bitcoin turun dari $64.000 menjadi $60.350 akibat aksi jual investor yang dipicu meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah tersebut.
Data Glassnode menunjukkan bahwa Bitcoin Fear and Greed Index sebelumnya berada pada angka 61 pada Selasa pagi yang mencerminkan sentimen positif investor.
Sebagai informasi, Indeks ini, yang berkisar dari 0 hingga 100, mengukur sentimen pasar.
Angka mendekati nol menunjukkan ketakutan yang ekstrem, sementara nilai yang mendekati 100 menunjukkan optimisme.
Sebelum serangan rudal Iran ke Israel, indeks tersebut menunjukkan kepercayaan investor yang kuat terhadap harga Bitcoin yang naik di atas $64.000.
Baca Juga
Namun, indeks tersebut kemudian turun menjadi 39 yang menandakan meningkatnya ketakutan di pasar dan potensi jeda dalam kenaikan Bitcoin.
Di tengah sentimen suram, harga Bitcoin turun di bawah Harga Realisasi Pemegang Jangka Pendek (STH), yang merupakan biaya akuisisi on-chain rata-rata dalam 155 hari terakhir.
Mengacu pada alasan tersebut, Bein Crypto melaporkan bahwa sulit untuk Bitcoin mencapai $80.000 atau sekira Rp1,23 miliar dalam waktu dekat.
Sementara dari sudut pandang on-chain, In/Out of Money Around Price (IOMAP) menunjukkan bahwa harga antara $63.510 dan $65.323 sangat penting bagi Bitcoin.
Namun berdasarkan laporan, harga Bitcoin mungkin akan sulit mencapai $65.000 dalam jangka pendek. Sebaliknya, penurunan ke $59.813 mungkin saja terjadi.