Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rakernas PDIP, Megawati Heran Soal UKT: Masa Mau Pinter Disuruh Bayar Mahal?

Megawati mengkritisi biaya UKT yang mahal. Saat Rakernas PDIP, Mega mempertanyakan kenapa untuk pintar harus membayar mahal
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri saat memberikan sambutan pada rapat kerja nasional (Rakernas) V PDIP di Ancol Beach City, Jakarta Utara pada Jumat (24/5/2024).
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri saat memberikan sambutan pada rapat kerja nasional (Rakernas) V PDIP di Ancol Beach City, Jakarta Utara pada Jumat (24/5/2024).

Bisnis.com, JAKARTA – Ketua Umum DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri mengaku heran dengan persoalan Uang Kuliah Tunggal (UKT) di tingkat universitas yang tengah ramai menjadi sorotan publik.

Dia mengkritisi biaya pendidikan yang mahal. Padahal, menurutnya masih banyak warga yang tak berkucukupan di Indonesia. Sehingga adanya persoalan terkait kenaikan Uang Kuliah Tunggal (UKT) bagi mahasiswa baru jalur SNBP 2024 pun menurutnya harus segera mendapat perhatian.

Hal ini disampaikannya saat memberikan pidato penutup dalam acara Rapat Kerja Nasional (Rakernas) V PDIP di Beach City International Stadium, Jakarta, Minggu (26/5/2024).

"Masak sih orang mau pinter aja suruh bayar mahal? Berapa gelintir sih yang orang kaya dibandingkan namanya warga negara kita yang masih belum berpunya?" ujarnya dalam forum tersebut.

Apalagi, kata Megawati, Indonesia sebenarnya memiliki Pola Pembangunan Semesta Berencana seperti apa yang digagas Presiden pertama RI yang juga ayahnya Ir Soekarno.

Menurutnya, semangat pola dasar itu selalu aktual misalnya terkait penguasaan ilmu-ilmu dasar, membangun kedaulatan pangan, energi kesehatan rakyat, hingga penguasaan teknologi yang menopang indrustri maju.

Megawati kemudian menyinggungg persoalan kedaulatan pangan hanya didengung-dengungkan. Faktanya justru yang dikedepankan adalah permasalahan impor.

"Kedaulatan pangan hanya didengung-dengung kan dalam kenyataannya dengan selalu alasan tidak mencukupi. Selalu impor impor impor impor," katanya.

Dia mengaku bukan tak setuju dengan impor, tetapi hal itu jangan terus menerus dilakukan. Pasalnya masih ada pangan yang bisa dikonsumsi sebagai pengganti beras misalnya.

"Karena pertanyaannya seperti nanti kalau problem beras pangan karena global warming sulit, kita mau nyari makannya dari mana? Itu lah instruksi saya yang namanya 10 tanaman ditanam pengganti beras," pungkas Megawati.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Akbar Evandio
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper