Bisnis.com, JAKARTA -- Puan Maharani akan menyeruduk siapa saja yang mengusik basis pemilih PDI Perjuangan (PDIP) di Soloraya. Soloraya adalah sebutan wilayah untuk sebutan bekas karesidenan maupun Daerah Istimewa Surakarta. Wilayah ini dikenal sebagai basis pemilih PDI Perjuangan
“Kita tunjukkan bahwa Solo Raya itu Kandang Banteng, bukan Taman Mawar, bukan Hutan Beringin, bukan Taman Burung, tetapi Kandang Banteng; dan kalau ada yang mau utak-atik Kandang Banteng, bisa kena seruduk," kata Puan.
Setiap pemilu tiba, hampir semua partai politik berambisi untuk menguasai wilayah Soloraya yang terdiri dari Kota Surakarta, Kabupaten Boyolali, Sragen, Sukoharjo, Klaten, Karanganyar, dan Wonogiri. Soloraya menjadi tempat pertarungan politik yang cukup ketat, kalau memakai konsep trikotomi Clifford Geertz, antara golongan abangan, priyayi, santri.
Dalam catatan Bisnis, pada Pemilu 2019 lalu, PDIP secara mutlak memenangkan pemilu di hampir semua wilayah tersebut. Di Boyolali, PDIP berhasil menang mutlak, mereka menang 71,4 persen.
Sementara di Kota Surakarta, tempat tinggal Presiden Joko Widodo, perolehan suara PDIP menembus angka 55,15 persen, Klaten 37,61 persen, Sukoharjo sebanyak 47,15 persen, Sragen 26,89 persen, Wonogiri 53,83 persen, dan Karanganyar 27,18 persen.
Saingan PDIP di Soloraya pada Pemilu 2019 lalu hanya Golkar dan PKS. Sebagian Gerindra, itupun angkanya tidak terlalu signifikan.
Baca Juga
Di Boyolali misalnya, PKS menjadi runner up dengan perolehan suara sebanyak 7,3 persen. Golkar hanya 6,61 persen. Hal serupa juga terjadi di Surakarta, PKS memperoleh suara terbanyak kedua dengan angka 10,92 persen. Peringkat ketiga PAN hanya 5,8 persen. Golkar 5,5 persen.
Sementara Golkar hampir menyaingi perolehan suara PDIP di Karanganyar. Perolehan suara mereka pada Pemilu 2019 lalu sebanyak 26,06 persen. PKS berada di peringkat ketiga dengan perolehan suara 11,5 persen. PKS unggul dibanding PKB yang hanya memperoleh suara sebanyak 8,97 persen.
Di Sukoharjo, Golkar berada di peringkat ketiga dengan perolehan suara di angka 9,13 persen. Peringkat kedua diraih Gerindra dengan 11,4 persen. PKS menempati peringkat keempat dengan perolehan suara sebanyak 8,75 persen.
Golkar juga menjadi runner up di Klaten pada Pemilu 2019 lalu. Pada waktu itu perolehan suara partai berlambang beringin itu mencapai 12,34 persen. PKS berada di peringkat ketiga dengan angka 8,89 persen. Di Sragen, Golkar masih menempati peringkat kedua dengan angka 13,86 persen, diikuti PKB 13,74 persen, dan PKS dengan angka 11,01 persen.
Adapun di Wonogiri Golkar berada di peringkat dua dengan angka 14,79 persen dan PKS berada di angka 7,38 persen. Di bawah PKS ada Gerindra dengan perolehan suara pada pemilu 2019 sebanyak 6,07 persen.
Jateng Masih Kandang Banteng?
Tak hanya Soloraya, PDIP juga selalu mendominasi wilayah Jawa Tengah. Pada tahun 2009, misalnya, PDIP memperoleh suara sebanyak 21,93 persen. Tren itu berlanjut hingga tahun 2019, PDIP tampil sebagai pemenang dengan angka 29,56 persen.
Namun demikian, pada Pemilu 2024, kandang banteng mendapat banyak tantangan. Mereka dilanda krisis internal usai manuver politik keluarga Jokowi. Meski telah mengusung, Ganjar Pranowo, mantan Gubernur Jawa Tengah sebagai calon presiden, tren elektabilitas PDIP justru terus turun.
Di sisi lain, para lawan politik PDIP, juga ingin mengincar suara di Jawa Tengah. Salah satunya adalah calon presiden, Anies Baswedan. Anies bahkan optimistis bisa memperoleh suara maksimal di Jateng.
“[Jateng] bukan satu provinsi yang didominasi satu partai. PKB ini mempunyai kekuatan yang tidak kalah besar,“ ujar Anies saat kampanye di Jawa Tengah, belum lama ini.
Jateng, jika mengacu kepada hasil Pipres 2019, memang didominasi oleh pemilih PDIP. Namun demikian, dengan basis kaum Nahdliyin yang cukup kuat, Jateng juga menjadi lumbung suara bagi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Di provinsi ini, PKB adalah runner up, perolehan suara pada 2019 lalu mencapai 14,09 persen.
Tak hanya Anies, paslon nomor urut 2, Prabowo Subianto dan pasangannya, Gibran Rakabuming Raka, juga menyatakan akan berupaya untuk menaklukan Jateng. Sekretaris DPD I Partai Golongan Karya (Golkar) Jawa Tengah, Juliyatmono, bahkan sesumbar bahwa hasil survei saat ini menunjukkan pasangan Prabowo-Gibran unggul di 15 kabupaten/kota di Jateng.
Tren pasangan Prabowo-Gibran makin disukai masyarakat Jateng. Sehingga di sisa waktu tinggal 50 hari menjelang Pemilu 2024, KIM akan bekerja keras untuk memenangkan Prabowo-Gibran di provinsi ini. “Target kami Prabowo-Gibran menang dengan perolehan minimal 50 persen plus satu di Jateng,” kata Juliyatmono.
Gibran memiliki banyak keuntungan di Jawa Tengah. Secara biologis, dia merupakan putra sulung dari Presiden Joko Widodo (Jokowi), yang dulu didukung oleh PDIP dari wali kota, gubernur, hingga presiden. Pada Pilpres 2019 lalu, Jokowi bahkan berhasil menang di Jawa Tengah dengan angka mutlak, 77,26 persen.
Bagaimana Tren Survei?
Pulau Jawa menjadi medan pertempuran paling sengit antara kandidat calon presiden (capres) dan partai politik. Mereka semua mengharapkan suara optimal di wilayah padat penduduk ini.
Data terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa jumlah penduduk Indonesia yang tinggal di Pulau Jawa mencapai 154,28 juta atau sekitar 56 persen dari total populasi tahun 2022 sebanyak 275,7 juta.
Sementara dari jumlah populasi tersebut, Komisi Pemilihan Umum atau KPU telah menetapkan sebanyak 204,8 juta daftar pemilih tetap (DPT), dengan jumlah 56,3 persen atau 115,37 adalah pemilih yang tinggal di Pulau Jawa.
Jika melihat riwayat Pemilu 2019 lalu, Pulau Jawa adalah battleground yang cukup sengit antara pendukung Prabowo Subianto – Sandiaga Uno, melawan Joko Widodo dan Ma’ruf Amin. Prabowo-Sandi menguasai Pulau Jawa bagian Barat (Banten dan Jawa Barat), kecuali DKI Jakarta. DKI Jakarta dimenangkan oleh pasangan Jokowi-Amin.
Sedangkan Jokowi Amin berhasil menang mutlak di Jawa Tengah, DI Yogyakarta, hingga Jawa Timur. Kemenangan Jokowi-Amin di tiga provinsi mencapai lebih dari 60 persen. Di Jawa Tengah, Jokowi-Amin bahkan berhasil menang dengan perolehan suara sebanyak 77,26 persen.
Raihan suara Jokowi di Jateng, Jatim, dan DIY menjadi kunci kemenangan Jokowi pada Pilpres 2019 lalu. Lalu bagaimana potensi pada Pemilu 2024?
Sejumlah lembaga survei sebenarnya telah mempublikasikan hasil sigi terbaru mereka. Prabowo-Gibran masih mendominasi hampir semua lembaga survei dengan tingkat elektabilitas di atas 40 persen.
Survei Centre for Stratregic and International Studies, misalnya, menempatkan elektabilitas mantan Komandan Jenderal Kopassus itu di angka 43,7 persen. Namun demikian, di Jawa Tengah, tingkat elektabilitas Prabowo-Gibran hanya 36,4 persen atau masih kalah dengan Ganjar Pranowo-Mahfud MD yang mencapai 43,5 persen. Anies hanya 13 persen.
Meski lebih rendah di Jawa Tengah, Prabowo-Gibran mendominasi elektabilitas di hampir semua provinsi di Jawa. Di Jakarta-Banten, misalnya, tingkat keterpilihan mereka di angka 35,2 persen. Sama kuat dengan Anies-Muhaimin di angka 32,5 persen. Di Jawa Barat, elektabilitas paslon nomor urut 2 itu mencapai 50,9 persen, Jawa Timur 52 persen.
Sementara itu, survei versi Indikator Politik juga mengungkap kecenderungan yang sama. Jateng dan DIY tetap menjadi basis pemilih Ganjar Pranowo. Sementara Prabowo menang hampir di semua wilayah Indonesia. Elektabilitas Ganjar Mahfud di Jateng sebanyak 44,9 persen, Prabowo-Gibran 36,6 persen, dan Anies-Muhaimin hanya 12 persenan.
Meski terap mendominasi Jateng, namun tren elektabilitas Ganjar mengalami penurunan dibandingkan dengan periode survei sebelumnya. Pada periode survei 23 Novemer sampai dengan 1 Desember 2023, misalnya, elektabilitas Ganjar mencapai 50,6 persen di Jateng dan DIY.