Bisnis.com, JAKARTA - Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka menegaskan bahwa program makan siang dan susu gratis adalah bentuk keperpihakan terhadap ekonomi kerakyatan.
Juru Bicara TKN, Viva Yoga Mauladi, menegaskan bahwa program ini memiliki multiplier effect bagi perekonomian karena selain membantu secara langsung orang tua dan anak, program ini akan berdampak kepada UMKM dan pembukaan 1,3 juta lapangan kerja baru.
“Program Makan Siang dan Susu Gratis untuk Anak Sekolah dan Pesantren memiliki banyak dimensi, tidak hanya kesehatan dan pendidikan. Tapi juga punya sisi ekonomi, terutama dari sisi pasokan bahan baku dan penciptaan lapangan pekerjaan baru. Karena akan berdampak langsung pada masyarakat di sekitar.” jelas Viva Yoga kepada wartawan di Jakarta (21/12/2023).
Makan siang dan susu gratis adalah salah satu program unggulan Prabowo-Gibran. Program ini dimaksudkan untuk meningkatkan gizi ibu dan anak serta mencegah stunting. Khusus program makan siang di sekolah, sejatinya bukan sesuatu yang baru karena telah diimplementasikan di banyak negara.
Berdasarkan data UN World Food Programme 2023, ada 85 negara yang telah menerapkan program makan siang di sekolah dan berdampak sebanyak 418 juta anak. Di Asean ada empat negara yang memiliki program ini antara lain Malaysia, Kamboja, Filipina, dan Thailand.
Adapun, TKN mengungkapkan mekanisme pelaksanannya nanti akan dibentuk sebuah badan bernama Badan Peningkatan Gizi Ibu dan Anak Nasional serta daerah. Sementara itu, estimasi anggarannya berada di kisaran Rp400 triliun - Rp500 triliun.
Soal opsi pembiayaan anggarannya, nantinya akan sejalan dengan misi Prabowo Gibran untuk mengoptimalkan belanja negara dan mencegah kebocoran pendapatan negara. Optimalisasi pendapatan negara itu juga tampak dari upaya mengerek rasio pajak terhadap produk domestik bruto (PDB) yang saat ini berada di kisaran 10,4 persen menjadi 23 persen selama 5 tahun nanti.
Rasio pajak yang dimaksud di sini antara lain penerimaan dalam bentuk pajak, penerimaan negara bukan pajak atau PNBP maupun hibah.
Dengan optimalisasi dari sisi belanja dan pajak, TKN menargetkan bahwa idealnya program makan siang dan susu gratis ini akan menjangkau kepada 82,9 juta penerima manfaat.
Viva menambahkan dengan anggaran tersebut, UMKM termasuk koperasi desa, BUMDes di setiap wilayah bisa terlibat untuk memenuhi bahan baku makanan untuk keperluan program makan siang.
“Misalnya kebutuhan daging ayam dan telur, akan memberikan dampak langsung pada peternak ayam pedaging, dan peternak ayam petelor. Begitu juga kebutuhan daging dan sayur mayur. Akan diambil dari ketersediaan sayur di daerah masing-masing. Ini akan menciptakan permintaan baru, sehingga ekonomi masyarakat akan menggeliat.” urainya.
Viva Yoga juga menegaskan bahwa program Makan Siang dan Susu Gratis adalah program yang sudah terbukti sukses di luar negeri dan terbukti mampu menciptakan lapangan kerja baru. Jika diterapkan di Indonesia, Viva Yoga memprediksi program makan siang gratis akan mempu menciptakan jutaan lapangan kerja baru.
“Program ini diluar negeri sudah dilaksanakan di 85 negara. Data dari WFP (World Food Programme) menyebutkan bahwa setiap 100.000 anak yang diberi makan akan menciptakan sebanyak 1.377 lapangan kerja baru. Artinya jika kita menargetkan 82 juta anak yang akan diberi makan pada tahun 2029, setidaknya akan tersedia 1,3 juta lapangan pekerjaan baru dari program ini.” urainya.
Lapangan pekerjaan tersebut, lanjut Viva Yoga, berasal dari kegiatan administrasi dan operasional pada penyediaan dan pelayanan makanan gratis. “Misalnya untuk dapur umumnya, ada pekerjaan di dapur umum. Ada pekerjaan juga di logistik dan distribusi. Juga dalam pelayanan dan penyajian, ini semua membutuhkan pekerja-pekerja baru.” tuturnya.
Viva Yoga juga menggarisbawahi program prioritas yang diusung oleh Prabowo Gibran ini memang dilandasi untuk memberikan manfaat langsung bagi seluruh masyarakat. “Program makan siang gratis dari Pak Prabowo ini adalah program luar biasa. Kesannya sederhana namun manfaat dan dampaknya sangat besar.” jelasnya.
“Selain itu, program ini sudah terbukti bisa dilaksanakan di luar negeri. Bahkan oleh negara-negara yang berpendapatan lebih rendah dengan kita. Jadi ini adalah keberpihakan dari pemimpin. Jika negara lain bisa, mengapa kita tidak?” tutur Viva Yoga menutup.