Bisnis.com, JAKARTA - China menyetujui pembicaraan mengenai pengendalian senjata nuklir dengan Amerika Serikat (AS) pada pekan depan.
Kementerian Luar Negeri China mengatakan bahwa kedua negara akan mengadakan konsultasi mengenai pengendalian senjata dan non-proliferasi dalam beberapa hari mendatang, serta pembicaraan terpisah mengenai urusan maritim dan masalah lainnya.
Adapun informasi tersebut diumumkan setelah kunjungan Menteri Luar Negeri China Wang Yi ke Washington pada Senin (31/10/2023).
Pembicaraan mengenai pengendalian senjata nuklir tersebut akan dipimpin oleh seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri Mallory Stewart, Kepala Departemen Pengendalian Senjata di Kementerian Luar Negeri China Sun Xiaobo.
Melansir CNA, Departemen Luar Negeri AS dan Kedutaan Besar China di Washington tidak segera menanggapi permintaan untuk berkomentar terkait perundingan tersebut.
Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan mengatakan bahwa presiden China dan AS sudah sepakat mulai meneruskan diskusi mengenai stabilitas strategis mengenai pengembangan senjata nuklir sejak 2021.
Baca Juga
Namun, Gedung Putih dengan cepat mengatakan pada saat itu bahwa diskusi tersebut tidak akan menyerupai pembicaraan formal pengurangan senjata seperti yang dilakukan AS dengan Rusia.
Sejak saat itu, para pejabat AS menyatakan rasa frustrasinya karena China tidak begitu tertarik membahas langkah-langkah untuk mengurangi risiko senjata nuklir.
Diketahui, Pentagon AS mengatakan bahwa China memiliki lebih dari 500 hulu ledak nuklir yang beroperasi di gudang senjatanya dan mungkin akan memiliki lebih dari 1.000 hulu ledak pada 2030.
Namun, China telah lama berpendapat bahwa AS selama ini juga sudah memiliki persenjataan nuklir yang jauh lebih besar.
Adapun pembicaraan senjata akan dilakukan sebelum kemungkinan pertemuan antara Presiden AS Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping di San Francisco pada November, meski untuk rincian pentingnya belum diselesaikan.
Sementara itu, hubungan diplomatik China-AS selama ini sebagian besar atas permintaan Washington, yang berjalan dalam beberapa bulan terakhir.
AS berupaya untuk menyelamatkan hubungan yang memburuk dengan cepat antara kedua negara, setelah tentaranya menembak jatuh balon mata-mata China yang diduga berada di wilayah AS pada Februari lalu.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pengendalian Senjata yang berbasis di Washington Daryl Kimball mengatakan perundingan senjata yang tertunda kemungkinan akan fokus pada peningkatan transparansi nuklir masing-masing negara, dan saluran komunikasi akan terjalin lebih efektif.
"Namun, menurut saya, kita tidak mengharapkan adanya terobosan dalam waktu dekat. Hal ini akan memerlukan waktu dan saling memberi dan menerima dari kedua belah pihak," katanya.