Bisnis.com, JAKARTA - Survei Voxpol Center Research & Consulting membuktikan mayoritas masyarakat Indonesia masih percaya bahwa kode-kode tersirat dari Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) masih ampuh, bahkan berpengaruh signifikan untuk menggoyang perspektif massa berkaitan kontestasi Pemilu 2024 dan Pilpres 2024.
Direktur Eksekutif Voxpol Center Research & Consulting Pangi Syarwi Chaniago menjelaskan berdasarkan survei nasional terbarunya terhadap 1.200 responden di seluruh provinsi Indonesia yang terselenggara pada Juli-Agustus 2023, sebanyak 51,4% dari total responden percaya keterlibatan Jokowi bakal mempengaruhi hasil Pemilu 2024.
Sebanyak 55,2 persen dari total responden pun percaya bahwa Jokowi punya pengaruh signifikan pada Pilpres 2024. Namun, hingga 50,8% responden cenderung tidak setuju apabila Jokowi terlihat ikut 'cawe-cawe' pada Pilpres 2024, disusul 23,6% yang mengaku setuju, dan 8,2% mengaku sangat tidak setuju.
Hal ini juga sejalan dengan pendapat masyarakat soal netralitas presiden dalam kontestasi Pilpres 2024, di mana 77,3% responden menginginkan Jokowi tetap menjaga netralitas, disusul 14,1% abstain, dan 8,6% mengungkap Jokowi tidak perlu bersikap netral.
"Sejalan dengan kecenderungan masyarakat yang lebih banyak mengaku puas terhadap kinerja pemerintah saat ini, membuat suara-suara Jokowi masih akan berpengaruh untuk menggiring perspektif. Sekarang kecenderungannya masih terpecah apakah ke Ganjar-Mahfud atau Prabowo-Gibran," ujarnya ketika dihubungi Bisnis, Senin (23/10/2023).
Sementara itu, endorsement Jokowi pun masih kuat, di mana 36,4% dari total responden mengaku akan terpengaruh. Kendati demikian, 53,3% mengaku tidak terpengaruh dengan kode-kode dari Jokowi, dan 10,3% memilih abstain.
Maka dari itu, menurut Pangi, pasangan calon Prabowo-Gibran akan memiliki tantangan besar dalam merangkul basis pemilih Jokowi terdahulu, sekaligus basis pemilih baru yang cenderung menginginkan penyegaran.
"Jadi keputusan Prabowo menggandeng Gibran akan punya dua konsekuensi. Ada sisi negatif dari sisi kehilangan suara orang-orang yang kurang suka Jokowi, tidak terlalu suka isu dinasti politik, dan tidak terpengaruh dengan endorsement Jokowi. Sisi positifnya, bisa merangkul yang masih terpengaruh endorsement Jokowi, tapi tetap harus berebut dengan paslon Ganjar-Mahfud," tambahnya.
Sampai saat ini, lantaran kode-kode Jokowi belum terlalu signifikan mengerucut pada salah satu paslon, pada akhirnya membuat responden yang masih terpengaruh oleh endorse Jokowi masih terpecah.
Bahkan, sebanyak 20,8% di antaranya justru mengaku akan cenderung memilih pasangan Anies Baswedan-Cak Imin. Adapun, yang mengaku akan memilih Ganjar Pranowo-Mahfud MD mencapai 35,9%, disusul 33% memilih Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming.
"Ini sejalan dengan perspektif masyarakat Indonesia soal isu perubahan kebijakan. Hanya sebanyak 19,2% yang cenderung ingin presiden berikutnya melanjutkan kebijakan saat ini secara totalitas. Kemudian, hanya 27,8% yang ingin perubahan menyeluruh. Terbanyak, 40,8% dari responden ingin presiden berikutnya punya kecenderungan untuk melanjutkan, tapi dengan tetap ada perubahan," tutupnya.
Berdasarkan survei Voxpol, kekecewaan mayoritas responden dari sisi ekonomi berasal dari isu kebutuhan pokok yang mahal dan masalah lapangan pekerjaan. Adapun, dari sisi hukum, berasal dari praktik korupsi dan penanganan korupsi, serta isu politisasi penegakan hukum.