Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pinjol Kerap Bikin Kalap, Psikolog Ingatkan Kontrol Diri

Dorongan belanja dan konsumsi yang impulsif, membuat orang mudah terjerat kredit Pinjol.
Pegawai mencari informasi tentang pinjaman online di salah satu perkantoran, Jakarta pada Senin (14/8/2023). - Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai mencari informasi tentang pinjaman online di salah satu perkantoran, Jakarta pada Senin (14/8/2023). - Bisnis/Himawan L Nugraha
Bisnis.com, JAKARTA - Fenomena semakin mudahnya mengajukan dan memperoleh pinjaman secara daring alias pinjaman online (pinjol) harus diimbangi dengan kemampuan kontrol diri yang lebih baik, terutama bagi para generasi muda saat ini.
Psikolog Samanta Ananta menekankan hal tersebut menanggapi maraknya generasi muda yang memanfaatkan pinjol untuk kegiatan yang kurang produktif, bahkan karena sekadar kalap.
"Kemudahan teknologi tidak selalu memberikan dampak yang baik, terutama bagi individu yang self control-nya kurang baik, seperti mudah terpengaruh iklan, mudah terbawa tren lingkungan sosial, dan tergoda uang gampang," ujarnya kepada Bisnis, Selasa (3/10/2023).
Terlebih, saat ini pinjol menyediakan kemudahan akses untuk membeli barang-barang atau hadir ke acara-acara yang hanya didasarkan keinginan untuk up to date. Pinjol juga mengakomodasi kemudahan untuk self reward yang melebihi kemampuan, seperti karena kecanduan bermain game atau dorongan belanja impulsif.
"Bisa jadi orang-orang yang mudah mengambil utang konsumtif ini memiliki kebiasaan menyelesaikan masalahnya dengan uang. Misalnya, retail therapy saat stres, sehingga tiap kali mengobati stres dengan belanja, padahal kemampuan finansialnya tidak mumpuni," tambahnya.
Kebiasaan berutang ini akan sulit dihentikan apabila individu cenderung kurang literasi finansial, belum tahu dampak dari meminjam pinjol terhadap jumlah utangnya, serta tidak bisa mengukur kemampuan finansial diri sendiri.
Oleh sebab itu, Samanta menekankan bahwa perbaikan kontrol diri merupakan prioritas. Jangan sampai pinjol ujung-ujungnya mengganggu kesehatan mental, bahkan sampai membawa pola pikir korban untuk punya niat kabur dan lepas dari tanggung jawab.
"Adanya utang yang tidak dibayar bukan saja masalah perilaku penggunaan uang, atau ketidakmampuan mengelola finansial, akan tetapi ada juga faktor dari mindset seseorang. Maka dari itu, semakin canggih teknologi harapannya juga harus diimbangi dengan kontrol diri yang lebih baik," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Aziz Rahardyan
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper