Bisnis.com, JAKARTA - Silicon Valley Bank (SVB) mengalami bangkrut setelah 48 jam bank tersebut mengalami krisis modal pada Jumat (10/3/2023).
Sampai akhirnya, Regulator AS menutup sekaligus menyita aset bank tersebut. Kini, Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) telah ditunjuk sebagai penerima disposisi asetnya.
Sebagai informasi, SVB merupakan bank yang berspesialisasi dalam pembiayaan startup. Bank ini fokus memberikan pinjaman untuk perusahaan-perusahaan startup atau rintisan sejak 1980-an.
Sayangnya, bank kehabisan dana simpanan sehingga bank berukuran menengah ini tidak bisa dipertahankan untuk tetap bertahan sendiri.
Akar bangkrutnya Silicon Valley Bank berasal dari dislokasi yang dipicu oleh tingkat suku bunga lebih tinggi dan adanya penurunan besar dalam pertumbuhan industri teknologi.
Ketika klien pemula menarik simpanan untuk menjaga perusahaan mereka tetap bertahan di lingkungan yang dingin untuk penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) dan penggalangan dana pribadi, SVB mendapati kekurangan modal.
Baca Juga
Kepanikan publik dimulai saat SVB mengumumkan telah menjual semua obligasi dengan kerugian US$1,8 miliar atau sekitar Rp 27,8 triliun dan juga akan menjual US$2,25 miliar saham baru untuk menopang neracanya.
Melihat adanya kondisi yang tidak kondusif, membuat banyak perusahaan menarik uang mereka dari bank.
Saham bank tersebut mulai anjlok pada Kamis pagi dan pada sore hari saham di sejumlah bank di dunia rontok. Bahkan, efeknya langsung dirasakan oleh empat bank terbesar AS kehilangan lebih dari US$50 miliar nilai pasarnya, karena investor mulai khawatir akan terulangnya krisis keuangan 2007-2008.
Lantas, sebenarnya seperti apa profil dari Sillicon Valley Bank ini?
di halaman berikutnya...