Sebatas Riset
Untuk diketahui, kekurangan pada program InaTEWS sudah ditemukan sejak hasil evaluasi pada pertengahan 2021. Ditambah dengan hasil PDTT oleh tim inspektorat BRIN, disimpulkan bahwa arsitektur yang diadopsi Ina-TEWS secara global belum memiliki proof-of-concept yang memadai, membutuhkan biaya yang sangat tinggi untuk investasi dan operasionalnya, serta belum dilengkapi dengan data potensi sumber pemicu tsunami yang komprehensif.
Kendati demikian, sebagai riset, BRIN tetap memutuskan untuk melanjutkan riset mengenai teknologi kunci pendukung InaTEWS. Hal tersebut meliputi sensor yang terkoneksi ke kabel optik.
Nantinya, riset hanya akan berfokus untuk aplikasi sebagai sistem monitoring lingkungan untuk perairan darat dan pesisir. Seluruh riset terkait akan dilaksanakan di Organisasi Riset Elektronika dan Informatika (OREI).
"Sebagai riset itu [InaTEWs] menarik, dan masih akan kita lanjutkan risetnya tetapi bukan untuk alat pendeteksi tsunami," tutur Handoko.
Cara Kerja Buoy
Teknologi deteksi gempa dan tsunami menggunakan platform buoy atau pelampung yang tertanam dengan semacam jangkar di dasar laut agar posisinya terjaga, dikenal dengan sistem deteksi tsunami berbasis buoy.
Seperangkat sensor untuk mendeteksi perubahan tekanan air laut di bawah yang disebut Ocean Bottom Unit (OBU) ini juga terpasang di dasar laut.
Dilansir dari laman brin.go,id, Kepala Organisasi Riset Elektronika dan Informatika (OREI), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Budi Prawara, menjelaskan, buoy yang dikembangkan periset BRIN dan terpasang sejak 2021 saat ini berjumlah tujuh buah, yang terpasang di perairan Indonesia.
“Untuk mentransmisikan data dari sensor, buoy ini ditenagai oleh baterai yang tentunya memiliki umur atau waktu. Saat ini umur pakainya telah berjalan kurang lebih selama dua tahun - sama dengan perkiraan umur baterai,” katanya.
Budi menambahkan, satu buoy sudah ditarik, sisanya sudah diusulkan penarikannya untuk dapat dilakukan pengambilan data dan pengamatan lebih lanjut setelah masa pakai kurang lebih dua tahun.
Status buoy yang terpasang saat ini, ungkap Budi, adalah masih dalam kegiatan riset, artinya belum operasional, dan masih memerlukan riset lanjutan untuk penyempurnaan.
Dalam pelaksanaan riset ini juga perlu dukungan berbagai pihak untuk dapat melakukan verifikasi keakuratan sistem deteksi berbasis buoy yang sedang dikembangkan ini.
“Bila nanti sudah dalam kondisi operasional, kewenangan untuk pengoperasian bukan di BRIN, diperlukan mitra baik swasta atau kementerian terkait untuk menjamin ketersediaan data dan pemeliharaan lebih lanjut,” imbuhnya.
Lebih lanjut dirinya menjelaskan, dari riset yang sudah dilakukan selama ini, perlu ada evaluasi, antara lain terkait keakuratan dan keandalan dalam mendeteksi gempa dan tsunami, dan proses bisnis penyediaan data serta pemeliharaannya.
Untuk itu, riset lanjutan masih diperlukan, bekerja sama dengan mitra.