Bisnis.com, SOLO - Ketegangan yang terjadi antara Ukraina vs Rusia semakin panas ketika AS ikut campur tangan.
Salah satunya adalah soal pemungutan suara yang dilakukan pemerintah Rusia di wilayah Donetsk, Luhansk, Zaporizhzhia dan Kherson, beru-baru ini.
Berdasarkan hasil pemungutan suara, mayoritas warga di empat wilayah tersebut sepakat ingin bergabung dengan Rusia.
Presiden Rusia Vladimir Putin rencananya akan mengumumkan bahwa daerah-daerah yang diduduki sedang dianeksasi dan menjadi bagian dari Federasi Rusia pada Jumat besok.
Meski demikian, AS membaca ada yang salah dengan proses pemungutan suara yang dilakukan oleh Rusia tersebut. Menurut mereka, pemungutan suara dilakukan di atas unsur pemaksaan dan tekanan.
Pejabat pemilihan pergi dari pintu ke pintu dengan kotak suara portabel untuk mengumpulkan suara dari penduduk yang tinggal di wilayah Kherson dan Zaporizhzhia.
Menurut Barat, dengan cara ini kecurangan demi kecurangan mudah saja dilakukan.
Mengacu pada hal ini, Presiden Joe Biden sendiri telah meneken persetujuan untuk mengirim senjata lagi ke Ukraina senilai Rp1,1 miliar dollar.
AS mengatakan jika senjata ini juga bisa digunakan Ukraina untuk mengatasi masalah-masalah yang hanya bisa diselesaikan dengan senjata.
Salah satunya mungkin soal kebocoran yang tidak dapat dijelaskan yang mempengaruhi pipa Nord Stream 1 dan 2.
Dalam kasus tersebut AS kembali menuduh Rusia sebaga biang kerok meski Kremlin sendiri sudah menyanggah tuduhan yang dialamatkan kepada mereka.