Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku telah menghitung secara mandiri dan menaksir perolehan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia mampu mencapai US$3 triliun pada 2030.
Bahkan, diyakininya pendapatan per kapita (income per capita) Indonesia bisa mencapai US$10.000 per kapita asalkan Indonesia konsisten dalam mengembangan digitalisasi ekonomi, terutama bagi UMKM.
"Digitalisasi ini penting yang berkaitan dengan ekonomi, 61 persen UMKM kita berkontribusi ke PDB nasional sehingga dengan adanya keruwetan dunia, mereka harus kita dorong untuk masuk ke ekosistem digital, bisa masuk ke e-commerce, platform-platform digital," ujarnya dalam Sarasehan 100 Ekonom Indonesia, Rabu (7/9/2022).
Dia menjabarkan bahwa dalam 3 tahun terakhir Indonesia sudah mendorong 19 juta UMKM dari 64 juta UMKM untuk masuk ke dalam digitalisasi. Adapun, ditargetkan olehnya 30 juta UMKM harus go digital pada 2024.
"Target kami di 2024, 30 juta harus sudah masuk ke ekosistem digital yang ada," tegasnya.
Penyebabnya, di tengah situasi perekonomian global yang kacau balau, Jokowi menyatakan peran pelaku UMKM makin sentral. Oleh karena itu, pemerintah berusaha secepat mungkin untuk mendorong mereka bergabung dalam perekonomian digital.
Baca Juga
Saat ini, menurutnya, ekonomi dunia berubah sangat cepat. Pemerintah ingin memastikan agar para pelaku UMKM bisa beradaptasi dan terus berkembang, salah satunya dengan mendorong mereka untuk masuk ke ekosistem digital.
"Dengan adanya keruwetan dunia, mereka harus kita dorong untuk masuk ekosistem digital," katanya.
Menurut laporan e-Conomy SEA 2021 yang diterbitkan oleh Google, Temasek dan Bain & Company, nilai ekonomi digital Indonesia diperkirakan mencapai US$70 miliar pada 2021 dan US$146 miliar pada 2025.
Dalam laporan Cento Ventures, Indonesia bersaing dengan Singapura sebagai penerima modal ventura terbesar sepanjang 2021, di mana 42 persen modal diinvestasikan di startup Indonesia.
Sementara itu, pada 2021, investasi di startup Indonesia mencapai US$5,96 miliar atau sekitar Rp 85,8 triliun, sedangkan Singapura mencapai US$4,83 miliar atau sekitar Rp69,6 triliun.