Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan tujuan serangan militer negaranya di Ukraina akan melampaui wilayah Donbas setelah pasukannya mulai menyerang Ukraina bagian selatan.
Dalam sebuah wawancara yang diterbitkan oleh kantor berita negara RIA Novosti kemarin, Lavrov mengatakan bahwa ketika Rusia dan Ukraina membahas kemungkinan kesepakatan untuk mengakhiri permusuhan, “kesiapan kami untuk menerima proposal Ukraina didasarkan pada geografi Maret 2022″.
“Geografinya sekarang berbeda. ini bukan hanya tentang DNR dan LNR,” tambah Lavrov. Dia merujuk pada apa yang disebut Republik Rakyat Donetsk dan Luhansk (DNR dan LNR), entitas yang didukung Rusia di timur Ukraina.
“Tetapi juga wilayah Kherson, wilayah Zaporizhia dan sejumlah wilayah lainnya,” katanya sepeeti dikutip Aljazeera.com, Kamis (21/7/2022).
Proses ini terus berlanjut, konsisten dan persisten, tambahnya.
Komentar Laprov muncul setelah Amerika Serikat AS) mengatakan melihat tanda-tanda Moskow sedang bersiap untuk secara resmi mencaplok wilayah yang telah direbutnya di negara tetangganya.
Baca Juga
Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba membalas bahwa Rusia menolak diplomasi dan menginginkan "darah, bukan pembicaraan".
Sementara itu, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menuduh Rusia "memeras" Uni Eropa di sektor energi.
Alasannya karena Rusia akan memangkas permintaan gas di blok itu menjelang penghentian pengiriman oleh Rusia saat musim dingin mendekat.
Presiden Rusia Vladimir Putin sebelumnya telah memperingatkan bahwa pasokan gas yang dikirim ke Eropa melalui pipa besar Nord Stream 1, yang telah ditutup selama 10 hari untuk pemeliharaan, berisiko semakin berkurang.
Lavrov adalah tokoh paling senior yang berbicara secara terbuka tentang tujuan perang Rusia dalam hal teritorial, hampir lima bulan setelah Presiden Rusia Vladimir Putin meluncurkan invasi pada 24 Februari dengan tujuan yang dinyatakan untuk “demiliterisasi dan denazifikasi” negara.
Akan tetapi, pernyataan itu dibantah oleh Ukraina dan Negara-negara Barat dan dituduh sebagai dalih untuk perang ekspansi ala kekaisaran. Pada saat itu, Putin mengatakan negaranya tidak berniat untuk menduduki wilayah Ukraina.
Setelah gagal merebut Ibu Kota Kyiv, kementerian pertahanan Rusia mengatakan pada 25 Maret bahwa fase pertama dari apa yang digambarkan Moskow sebagai “operasi militer khusus” telah selesai dan sekarang akan fokus pada mencapai tujuan utama, yakni pembebasan Donbas.