Rusia Butuh Uang
Solusi ini sejalan dengan tujuan iklim UE, yang menunjukkan bahwa penghentian gas Rusia pada akhirnya dapat mempercepat upaya negara-negara Eropa untuk beralih ke energi terbarukan dan penggunaan listrik yang lebih efisien.
Hanya saja semua opsi ini efektif tetapi membutuhkan waktu. Sayangnya, Eropa tidak memiliki banyak pilihan sebelum musim dingin mendatang.
Artinya, prospeknya lebih buruk bagi pelanggan energi di wilayah yang lebih miskin, seperti Bangladesh dan Afrika sub-Sahara, yang akan terus berjalan tanpa menghadapi harga energi yang lebih tinggi.
Akankah penutupan aliran gas Rusia jadi bumerang?
Meski gangguan pasokan gas pasti akan merugikan konsumen Eropa, namun Rusia juga turut terdampak karena sangat membutuhkan uang saaat perang.
Saat ini, Putin memerintahkan negara-negara “tidak bersahabat” untuk membayar energi Rusia dalam rubel untuk meningkatkan mata uang Rusia, yang telah kehilangan nilainya karena sanksi ekonomi.
Sedangkan Polandia dan Bulgaria telah menolak untuk membayar dalam rubel.
Memotong pasokan gas pada bulan Februari berisiko merugikan Rusia dan pasti akan memicu lebih banyak reaksi di Eropa. Sedangkan ketika menjadikannya senjata, dengan menghentikan aliran gas alam sebagai senjata saat cuaca cerah, Rusia juga tudak banyak dituntungkan.
Pertanyaan pamungkasnya sekarang adalah: apakah Eropa membutuhkan gas Rusia lebih dari Rusia membutuhkan pendapatan dari penjualan Eropa?
Di sinilah dilema yang sulit untuk dipecahkan baik oleh Rusia maupun negara Barat dalam konteks perang Rusia-Ukraina.