Bisnis.com, JAKARTA – Jerman angkat suara terkait dengan sanksi yang diberikan oleh Uni Eropa kepada Rusia terkait dengan penghentian mengimpor batu bara dari Rusia ke negara di Eropa.
Dilansir dari Aljazeera pada, Senin (11/4/22) pemerintah Jerman berada dalam posisi yang sangat sulit dalam hal pelarangan impor energi Rusia. Bersama dengan beberapa negara Uni Eropa lainnya, termasuk Hungaria dan Austria, Jerman ragu-ragu untuk memberlakukan embargo total.
Batu bara Rusia sangat berharga bagi Jerman, tercatat sekitar 4,5 persen dari input energi utama Jerman ada dari batu bara Rusia. Sedangkan minyak Rusia menyumbang sekitar 10,5 persen dan gas Rusia sekitar 15 persen.
Akan tetapi, pemerintah Jerman telah mengkonfirmasi kesediaannya untuk menghapus dan menjalankan apa yang sudah Uni Eropa tetapkan tentang pelarangan impor energi dari Rusia. Namun, kementerian ekonomi federal Jerman mengungkapkan hal tersebut tak bisa terjadi secara instan, akan tetapi secara bertahap.
Pada musim gugur tahun ini, Jerman mengatakan ingin menghentikan semua ekspor batubara dari Rusia. Lalu, pada akhir tahun ini, Jerman tidak akan mengimpor minyak dari Rusia
Namun, kebebasan dari impor gas Rusia kemungkinan akan memakan waktu hingga pertengahan 2024. Tidak seperti batu bara atau minyak, yang dapat dikirim dengan mudah, gas alam selalu rumit dalam setiap pengirimannya.
Baca Juga
“Gas tidak dapat diganti dalam jangka pendek,” kata Menteri Keuangan Jerman Christian Lindner baru-baru ini. “Kami akan menimbulkan lebih banyak kerusakan pada diri kami sendiri daripada yang lainnya,” lanjutnya.
Diketahui, Jerman merupakan pengimpor batubara dari Rusia terbesar di Uni Eropa, bersama Polandia dan Hungaria.
Pada tahun 2021, Jerman membayar Rusia sekitar 2,2 miliar euro (US$2,4 miliar). Secara total, Eropa membeli batu bara senilai sekitar 8 miliar euro (US$8 miliar) dari Rusia setiap tahun, yang berarti Jerman mengimpor batubara dari Rusia sekitar 25 persen dari keseluruhan negara di Eropa.
Batubara di negara Jerman ini digunakan setengahnya untuk mengatur panas di negara tersebut dan tiga perempat lagi digunakan untuk produksi listrik dari uap batubara.