Bisnis.com, JAKARTA - Ukraina menyatakan siap berbicara tentang gencatan senjata dan perdamaian setelah negara itu terus menerus mendapatkan serangan dari Rusia.
Juru Bicara Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy, Serhiy Nykyforov menyampaikan soal potensi pembicaraan damai tersebut beberapa jam setelah negosiasi antara Kyiv dan Moskow mengalami jalan buntu.
“Kami menyetujui proposal dari Presiden Federasi Rusia. Pada jam-jam tersebut, para pihak mengadakan konsultasi tentang tempat dan waktu untuk proses negosiasi,” kata Nykyforov dilansir Bloomberg, Sabtu (26/2/2022).
Seorang ajudan Putin sebelumnya sempat menyarankan Belarus sebagai lokasi untuk bernegosiasi. Meski begitu, Belarus dikenal cukup dekat dengan Rusia terlebih setelah keduanya melakukan latihan gabungan bersama beberapa pekan lalu.
Namun hingga kini, Pemerintah Ukraina belum menemukan titik lokasi yang disepakati bersama sebagai arena negosiasi.
Adapun, Bloomberg menyebutkan bahwa pembicaraan ini akan mencari titik temu terkait dengan sikap Ukraina saat ini. Terlebih setelah negara itu sempat berkeinginan bergabung dengan NATO.
Baca Juga
Di lain pihak, Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki mengkonfirmasi bahwa Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov bersama Presiden Vladimir Putin telah dimasukan ke dalam daftar sanksi AS.
“Sejalan dengan keputusan sekutu Eropa kami, Amerika Serikat akan bergabung dengan mereka dalam memberikan sanksi kepada Presiden Putin dan Menteri Luar Negeri Lavrov dan anggota tim keamanan nasional Rusia,” katanya.
Sebelumnya, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi mengutuk Rusia atas invasi yang dilancarkan ke Ukraina sejak Kamis (24/2/2022). Namun begitu, Rusia menggunakan hak vetonya untuk menentang resolusi tersebut.
Dilaporkan CNN, Rusia menggunakan hak vetonya memblokir resolusi dewan PBB. Dalam pemungutan suara, 11 negara mendukung resolusi tersebut.
Mereka adalah Amerika Serikat, Britania Raya, Prancis, Norwegia, Irlandia, Albania, Gabon, Meksiko, Brazil, Ghana dan Kenya. Sementara itu, Rusia seorang diri menolak resolusi tersebut.
Meski begitu, tiga negara memilih untuk tidak menyampaikan suaranya alias abstain yakni China, India dan Uni Emirat Arab.
“China menolak untuk mengkritik serangan Rusia, termasuk di antara yang abstain di markas besar PBB di New York City,” dilansir CNN pada Jumat (25/2/2022) waktu setempat.