Bisnis.com, SOLO - Ahli Vulkanologi Surono mengatakan bahwa penentuan lokasi aman untuk masyarakat di sekitar Gunung Semeru tak bisa sembarangan.
Dirinya kemudian mengatakan bahwa pembuatan peta rawan bencana tersebut ditentukan dari proses sejarah.
Menurut Mbah Rono, daerah yang pernah terkena bencara di kemudian hari pasti akan terkena lagi.
"Jadi kita kembali buka peta rawan bencana itu, yang dibuat berdasarkan kejadian bencana masa lalu. Nah sekarang pemukimannya itu ada di kawan rawan bencana atu kawasan yang sudah aman," kata Mbah Rono dikutip Bisnis dari tvOne, Minggu (5/12/2021).
"Kalau memang itu dulu aman, tapi sekarang terkena karena memang awan panasnya menjadi lebih luas lagi, ya bisa diubah kembali peta rawan bencananya," tambah sang Ahli Vulkanologi.
Mbah Rono kemudian mengatakan bahwa pemukiman aman bagi pengungsi didasarkan dari peta rawan bencana.
Baca Juga
Pemetaan daerah aman tak hanya dari segi ekonomi, namun juga tingkat keamaan warga secara holistik.
"Sehingga masyarakat bisa hidup harmoni dengan Semeru. Dan masyarakat harus disadarkan bahwa masyarakat hanya tamunya Semeru," lanjut Surono.
Kemudian Mbah Rono meminta adanya evaluasi terkait peta rawan bencana.
"Jadi evaluasi kembali, peta itu bikinan manusia jika ada perubahan pelebaran peta daerah bahaya, ya mari kita rubah. Sehingga jika memang ada perubahan pelebaran peta daerah bahaya ya pasti kita rubah. Tetapi mari kita sepakati dalam penataan ruang, supaya tidak ada yang marah-marah begitu kena," kata Mbah Rono sembari menyindir Mensos Risma, yang sebelumnya meminta adanya laporan daerah aman bencana.
Terakhir, ia tak lupa mengingatkan masyarakat luas bahwa manusia yang tinggal harus mengikuti pergerakan Semeru. Pasalnya, awan panas yang dikeluarkan gunung berapi tersebut tak bisa diprediksi.
Tak hanya itu, pembacaan secara jujur peta rawan bencana dinilai penting untuk mengetahui risiko yang akan terjadi di masa depan.