Bisnis.com, SOLO - Nama Barisan Serbaguna (Banser) Nahdlatul Ulama (NU) belakangan menjadi perhatian publik.
Hal itu setelah Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengikuti acara pendidikan dan pelatihan dasar (Diklatsar) usai diangkat sebagai anggota kehormatan Banser.
Lantas bagaimana sejarah dan berdirinya Banser?
Dikutip dari laman NU.or.id, Banser diketahui telah berdiri sejak tahun 1930 an, atau empat tahun setelah NU didirikan.
Banser adalah barisan pemuda yang dikenal dengan penampilannya, mulai dari pakaian, sepatu, topi, hingga atribut-atribut lainnya, yang mirip dengan pasukan militer.
Baca Juga
Sesuai namanya, Banser menjalankan berbagai fungsi sosial kemasyarakatan, seperti pengaturan lalu lintas, pengamanan sebuah acara hingga tenaga relawan saat terjadi bencana.
Sebelum resmi menjadi nama Banser, dalam catatan sejarah disebutkan cikal bakal Banser berawal dari dibentuknya Barisan Ansor Nahdlatul Ulama (BANU) yang diinisiasi oleh Gerakan Pemuda Ansor.
Pembentukan BANU kemudian mendapatkan respons secara positif. Hal itu dibuktikan pada Muktamar NU ke-15 di Surabaya, dimana NU saat itu mengesahkan AD/ART BANU, seragam, mars resmi Al-Iqdam, atribut-atribut, serta yang paling penting diperbolehkannya mereka memainkan terompet dan genderang.
Diyakini bahwa BANU inilah yang menjadi cikal-bakal Banser NU yang dikenal sekarang.
Pendirian BANU merupakan respons terhadap kemunculan organisasi-organisasi kepanduan saat itu.
Sifatnya yang menitikberatkan pada aspek kebangsaan dan pembelaan tanah air juga memperlihatkan respons nasionalistis NU.
Layaknya organisasi kepanduan lainnya, BANU saat itu menjalankan berbagai kegiatan seperti:
- Pendidikan baris-berbaris
- Latihan lompat dan lari
- Latihan angkat-mengangkat
- Latihan ikat-mengikat (pioner)
- Fluit Tanzim (belajar kode atau isyarat suara) Isyarat dengan bendera (morse)
- Perkampungan dan perkemahan
- Belajar menolong kecelakaan (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan atau PPPK)
- Musabaqoh fil Kholi (pacuan kuda)
- Muromat (melempar lembing dan cakram)
Ketika Jepang menduduki Indonesia pada 1942, banyak anggota Gerakan Pemuda Ansor umumnya dan Banser khususnya yang direkrut dalam pelatihan militer.
Laskar Hizbullah yang kemudian dikenal sebagai salah satu laskar penting dalam perang kemerdekaan diisi oleh banyak anggota Gerakan Pemuda Ansor dan Banser.
Periode Jepang ini diyakini turut membentuk watak paramiliter sekaligus watak nasionalistis dari Banser.
Sekarang Banser banyak berperan dalam penjagaan, pengaturan, dan pengamanan acara-acara yang digelar oleh NU dan organisasi-organisasi afiliasinya.
Namun, peran ini tidak hanya terbatas di kalangan NU, mereka juga sering kali terlibat dalam penjagaan, pengaturan, dan pengamanan acara-acara keagamaan dan sosial di luar yang digelar NU.
Kehadirannya ini secara umum bisa diterima karena memang diakui masih kurang dan terbatasnya aparat kepolisian dengan rasio jumlah penduduk di Indonesia.