Bisnis.com, JAKARTA – Singapura disebutkan tengah mengalami krisis energi, khususnya listrik lantaran sejumlah perusahaan pengecer listrik di negeri tersebut mulai bertumbangan. Akibatnya, sejumlah perusahaan berhenti beroperasi.
Dikutip melalui Channel News Asia, tiga perusahaan mengaku akan keluar dari bisnis listrik di Singapura. Kabar terbaru, Ohm Energy dan iSwitch disebut menghentikan operasi mereka.
"Beberapa mungkin merasa sulit untuk mempertahankan operasi mereka dan mungkin memilih untuk keluar dari pasar," kata otoritas energi Singapura EMA seperti dikutip Bisnis, Selasa (19/10/2021).
Kedua perusahaan tersebut akan mengembalikan rekening pengguna ke SP group, perusahaan listrik milik negara di Singapura.
Sekadar informasi, Singapura telah melakukan liberasi listrik sejak 2018, dengan meluncurkan sistem pasar terbuka (OEM).
Singapura disebutkan mengambil tiga langkah antisipasi untuk menjaga pasokan energi di tengah gangguan global tersebut, fasilitas bahan bakar siaga akan didirikan untuk perusahaan pembangkit listrik (genco).
Baca Juga
"Kami bekerjasama dengan semua genco untuk melacak tingkat pasokan bahan bakar dan kapasitas pembangkit mereka," kata EMA.
"Dan, akan menyediakan bahan bakar siaga kepada mereka jika pasokan gas terpengaruh atau ada kebutuhan untuk memastikan pasokan listrik yang bisa diandalkan untuk konsumen di Singapura.”
EMA turut menyatakan, bahwa pihaknya telah menginformasikan genco untuk mengontrak bahan bakar yang cukup untuk pembangkit listrik, setidaknya guna memenuhi permintaan pelanggan ritel mereka.
Selain itu, genco yang ingin menjual kelebihan pasokan gas mereka untuk memberikan hak penawaran pertama ke genco lain, sebelum mereka mengalihkan atau menjual kelebihan gas tersebut ke pihak lain.
Bahkan, genco juga akan diarahkan untuk menghasilkan listrik menggunakan bahan bakar dari fasilitas siaga jika diperlukan, untuk menjaga stabilitas sistem kelistrikan Singapura.