Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Selama Pandemi, Penderita Gangguan Jiwa Naik 6,5 Persen

Jumlah penderita gangguan jiwa meningkat 6,5 persen selama pandemi Covid-19.
rnSejumlah pasien ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) menunggu giliran untuk mengikuti vaksinasi di yayasan Jamrud biru di Bekasi, Jawa Barat, Rabu (4/8/2021). Sebanyak 70 pasien ODGJ mengikuti kegiatan vaksinasi merdeka guna mencegah penyebaran wabah Covid-19. ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyahrn
rnSejumlah pasien ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) menunggu giliran untuk mengikuti vaksinasi di yayasan Jamrud biru di Bekasi, Jawa Barat, Rabu (4/8/2021). Sebanyak 70 pasien ODGJ mengikuti kegiatan vaksinasi merdeka guna mencegah penyebaran wabah Covid-19. ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyahrn

Bisnis.com, SOLO - Jumlah penderita gangguan jiwa tercatat mengalami peningkatan selama pandemi Covid-19.

Informasi tersebut disampaikan Plt. Direktur Jenderal (Dirjen) P2P Kemenkes, Maxi Rein Rondonuwu, saat menghadiri peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia Tahun 2021 di RSJD Dr. Arif Zainudin Solo.

“Di masa pandemi ini angka gangguan jiwa mulai dari gangguan cemas meningkat enam persen, termasuk gangguan depresi naiknya 6,5 persen,” terangnya seperti dikutip dari Solopos, Minggu (10/10/2021).

Maxi mengatakan, berdasarkan hasil survei yang dilakukan Kemenkes tersebut, penderita gangguan kecemasan dan depresi itu berusia antara 15-50 tahun.

Sementara itu, Direktur P2MKJN Kemenkes, Celestinus Eigya Munthe menambahkan, penyebab meningkatnya angka gangguan jiwa itu disebabkan berbagai hal yang dirasakan masyarakat selama pandemi Covid-19.

Seperti keterbatasan interaksi sosial dikarenakan keharusan berdiam diri di rumah, serta kelompok pekerja yang kehilangan pekerjaan karena pemutusan hubungan kerja (PHK).

“Masyarakat yang mengalami gangguan kejiwaan di usia produktif, 15 tahun hingga 50 tahun. Mayoritas dari mereka mengalami gangguan kejiwaan ringan,” urai dia.

Namun yang membuat cemas, Celestinus menjelaskan, sebagian dari masyarakat yang mengalami depresi berat sering berpikir untuk mengakhiri hidup. Sayang dia tidak hafal berapa angka pasti dari penderita depresi berat yang berpikir bunuh diri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Sumber : Solopos.com
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper