Bisnis.com, JAKARTA — Para Senator dari Partai Demokrat dan Partai Republik Amerika Serikat mendesak Presiden Joe Biden untuk mengusir 300 diplomat Rusia jika Moskow tidak mengeluarkan lebih banyak visa bagi diplomat AS di Rusia.
Permintaan itu disampaikan para pemimpin komisi hubungan luar negeri dan intelijen Senat masing-masing Bob Menendez dan Mark Warner (Demokrat) dan Jim Risch dan Marco Rubio (Republik). Langkah itu akan menandai eskalasi tajam dalam perselisihan yang sedang berlangsung mengenai staf kedutaan di tengah ketegangan hubungan antara Washington dan Moskow.
Rusia pada bulan Agustus lalu melarang Kedutaan AS di Moskow untuk mempertahankan, mempekerjakan atau mengontrak staf asal Rusia atau negara ketiga kecuali untuk tenaga pengamanan. Hal itu memaksa Kedutaan AS melepaskan 182 karyawan dan puluhan tenaga kontrak, menurut Departemen Luar Negeri AS seperti dikutip ChannelNewsAsia.com, Rabu (6/10).
Dengan tindakan itu berarti hanya ada sekitar 100 diplomat AS di Rusia, dibandingkan dengan 400 diplomat Rusia di seluruh Amerika Serikat, kata para senator.
"Disproporsionalitas dalam perwakilan diplomatik ini tidak dapat diterima. Karena itu Rusia harus mengeluarkan visa yang cukup untuk mendekati kesetaraan antara jumlah diplomat Amerika Serikat yang bertugas di Rusia dan jumlah diplomat Rusia yang bertugas di Amerika Serikat," tulis para senator dalam sebuah surat kepada Biden.
Jika Moskow tidak melakukannya, mereka mengatakan Biden harus mulai mengusir sebanyak 300 diplomat Rusia. Akan tetapi, pihak Gedung Putih dan Departemen Luar Negeri tidak segera menanggapi permintaan para senator.
Pada April lalu, Duta Besar AS untuk Rusia, John Sullivan pulang ke negaranya untuk membahas hubungan AS-Rusia dengan para pejabat pemerintahan Presiden Joe Biden.
"Saya yakin penting bagi saya untuk berbicara langsung dengan kolega baru di pemerintahan Biden di Washington, tentang kondisi hubungan bilateral saat ini antara Amerika Serikat dan Rusia," kata Sullivan dalam pernyataan yang dikeluarkan oleh Kedutaan.
Kepulangan Sullivan terjadi setelah Rusia memintanya untuk meninggalkan negara itu, dengan mengatakan "menyarankan" Sullivan untuk mengikuti tindakan serupa seperti yang dilakukan duta besar Rusia untuk Washington pada bulan sebelumnya.