Bisnis.com, JAKARTA—Perjalanan karir seorang politisi memang tidak ada yang tahu. Ada jalan berliku, menanjak, dan kadang kadang harus menapak jalan terjal yang belum ketahuan harus dimana berhenti.
Kini pemberhentian itu telah tiba. Sebuah perjalan karir politik yang penuh warna-wani dan berliku itu terhenti ketika berita yang beredar sejak semalam mengabarkan Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Sabam Sirait yang bernama lengkap Sabam Gunung Panangian Sirait meninggal dunia di RS Karawaci, Tangerang, Banten, sekitar pukul 22.37 WIB tadi malam.
Kedukaan tidak saja menyelimuti pihak keluarga senator DKI Jakarta itu, tetapi juga segenap bangsa Indonesia, terutama mereka para nasionalis dari partai politik manapun mereka bernaung.
Tidak salah pula agaknya kalau sosok Sabam berhak menyandang guru bangsa karena dalam hampir setiap diskusi maupun persidangan di Senayan, Sabam lebih banyak membicarakan masalah kebangsaan, masalah demokrasi, dan isu-isu persatuan nasional.
Tidak heran pula dalam keterangnnya kepada wartawan, anak mantu politisi senior itu, Putra Nababan mengaku sangat kehilangan sosok mertua yang punya komitmen tinggi dalam meneguhkan nasionalisme bangsa Indonesia.
Tidak hanya nasionlis, dalam perjalanan karirnya sebagai politisi di Senayan--meski harus menggunakan kursi roda untuk hadir di persidangan di Gedung DPD, semangat Sabam tidak pernah hilang untuk memperjuangkan wilayah yang diwakilinya.
Baca Juga
Maklum, Sabam memang sangat mencintai wilayah pemilihannya. Dalam beberapa kesempatan sebelum maupun saat pandemi Covid-19 melanda, dia terlihat turut memberikan bantuan sosial kepada warga yang membutuhkan. Orang tua dari politisi PDI Perjuangan Maruarar itu juga termasuk narasumber yang ramah dengan wartawan.
Setidaknya, tahun lalu, Sabam masih terlihat hadir pada sidang paripurna DPD dan melyani pertanyaan wartwan meski dipandu oleh seorang ajudan sebelum masuk lewat pintu samping ruang sidang. Sabam harus tetap duduk di kursi roda untuk mengukti siding meski para anggota DPD lainnya menempati kursi yang tersedia.
Meski suranya sudah agak melemah karena termakan usia, semangat politisi gaek kelahiran 1936 itu dalam mengikuti persidangan tidak kalah dari para senator yang jauh lebih muda. Bahkan sebagain anggota DPD sudah sepantaran dengan cucu deklarator PDI Perjuangan berusia 84 tahun itu.
Karir Politik
Mungkin sebagain generasi muda tidak mengenal Sabam. Akan tetapi aktivitas politisi itu terdokumentasikan dengan baik di berbagai media. Bahkan sejak dirinya pertama membagun karir politik semasa masih menjadi mahasiswa Universitas Indonesia pada tahun 1960.
Ketika itu Sabam muda mulai tertarik ke dunia politik setelah Presiden Sukarno membubarkan sejumlah partai politik. Dari situlah dia mengawali karier politik di Partai Kristen Indonesia (Parkindo) yang kemudian menjadi Sekretaris Jenderal Parkindo periode 1967-1973.
Akan tetapi, jalan yang ditempuh Sabam tidak selalu mulus. Presiden Soeharto ketika itu mengeluarkan kebijakan fusi partai politik menjadi tiga di era Orde Baru. Sabam pun turut membidani pembentukan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) dan menandatangani deklarasi pembentukan PDI pada 10 Januari 1973.
Selanjutnya Indonesia memiliki dua partai politik, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan PDI. Sedangkan Golongan Karya (Golkar) tidak disebut partai politik, tetapi golongan dan turut dalam pemilihan umum hingga Orde Baru berakhir pada 1998.
Sebagai bentuk komitmennya atas pilihan politiknya, Sabam pun sempat menjadi Sekjen PDI selama tiga periode, yakni periode 1973-1976, periode 1976-1981, dan periode 1981-1986. Jalan tuhanpun menggring Sabam untuk turut turut mendirikan PDI Perjuangan pada September 1998. Di partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu, Sabam pernah menjabat sebagai Anggota Dewan Pertimbangan Pusat pada 1998-2008.
Sabam memang tidak pernah kehilangan energi untuk terus mengabdi sebagai politisi. Bahkan tidak banyak politisi yang bisa menjadi anggota DPR dan juga pernah terpilih menjadi anggota DPD.
Karena energi yang tak pernah habis itlah itulah dalam usinya yang ke-83 tahun dia dilantik menjadi anggota DPD RI. Dia menggantikan anggota DPD asal DKI Jakarta AM Fatwa pada 15 Januari 2018 yang meninggal dunia pertengahan Desember 2017. Sedangkan di DPR Sabam sempat menjabat sebagai anggota mulai dari 1967 ketika masih bernama DPR Gotong Royong hingga 2009.
Akan tetapi. DPD memang menjadi ujung jalan panjang yang harus mengkhiri perjalan karir politiknya yang tidak semua orang bisa mengikutinya. Berita duka tadi malam kini telah tersebar ke semua anak bangsa termasuk para pemilih yang mencintainya. Selamat jalan pak Sabam!.