Bisnis.com, JAKARTA – Relawan medis dr. Tirta Mandira Hudhi menilai penyebaran informasi yang belum merata menjadi alasan utama disinformasi (hoaks) masih menjadi tantangan penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia.
“Masyarakat bukan percaya hoaks, tetapi lebih ke arah bingung. Mereka tidak semua paham media sosial, sehingga informasi kesehatan khususnya Covid-19 mereka percayai dari dokter dan akun kesehatan dan yang berkeliaran di media sosial mengutip itu, sehingga menjadi acuan mereka [masyarakat],” tuturnya dalam diskusi virtual, Rabu (15/9/2021).
Dia meyakini langkah yang lebih baik untuk meminimalisir disinformasi Covid-19 dan vaksinasi di Indonesia adalah mulai mengutamakan edukasi melalui pintu terdekat dengan masyarakat, yaitu puskesmas dan posyandu setelah itu RT/RW.
Menurutnya, peran RT/RW sangat krusial sehingga perlu dilibatkan dan diedukasi agar mampu menjadi untuk menjadi gerbang informasi Covid-19. Sebab, mereka memiliki data yang sahih terhadap warga sehingga informasi yang bisa diberikan lebih tepat sasaran.
“Kelemahan kita terkait penanganan Covid-19 adalah pemerataan dan penyerapan informasi, di mana masih terpusatnya informasi di kota-kota besar. Untuk mengantisipasi hal tersebut peran RT/RW, Puskesmas, Posyandu menjadi kuncinya,” katanya.
Dia menjelaskan, masyarakat lebih percaya pada dokter perseorangan dibandingkan dengan organisasi profesi. Sedangkan, kalau di luar negeri, orang lebih percaya pada organisasi seperti Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control/CDC).
Baca Juga
“Bisa jadi organisasi profesi di Indonesia terlalu berat cara penyampaiannya, tidak mudah dicerna publik,” katanya
Dia menilai, meskipun peran ketua RT/RW penting ,tetapi di antara mereka masih banyak yang terkena miskomunikasi, sehingga selain harus jemput bola mendata dan mendatangi warga, mereka sendiri harus diperkuat pengetahuannya supaya tidak beri informasi yang salah.
“Langkah pemerintah memberikan informasi lewat SMS sudah bagus. Akan lebih bagus edukasi lewat puskesmas yang ada. Edukasi TBC berhasil karena dari bawah, pakai posyandu, puskesmas, dan sebagainya,” kata Tirta.
Berdasarkan survei Change.org Indonesia, Katadata Insight Center (KIC) dan KawalCOVID19.id menampilkan masyarakat berharap agar informasi tentang vaksinasi muncul di kanal yang bersifat langsung dan dekat dengan lingkungan mereka, seperti pengumuman dari ketua RT/RW (60,5 persen), disusul kanal informasi publik nonpemerintah (50,8 persen).
Laporan tersebut juga mencatatkan sebanyak 79,2 pemerintah responden yang belum yang bersedia namun belum divaksinasi menjawab bahwa mereka mengetahui apakah mereka memenuhi syarat untuk divaksinasi atau tidak.
Adapun, sebagian besar masyarakat juga mempercayai informasi dari WHO dan CDC, diikuti oleh dokter (48,1 pemerintah) dan Satgas Covid-19 (47,2 pemerintah).
Sedangkan yang menduduki peringkat terendah dari segi kepercayaan adalah tokoh politik (2 persen), WhatsApp broadcast (2,6 persen), lalu influencer dan selebriti (3,7 persen).