Bisnis.com, JAKARTA - "Jangan hanya berbicara ekonomi, ekonomi, ekonomi tetapi tidak melihat kesehatan." Kalimat ini dilontar oleh Presiden Jokowi saat mengesahkan PPKM Darurat di Indonesia.
Tidak bisa dipungkiri bahwa sektor kesehatan yang mulai ‘sakit’ di masa pandemi, sehingga pemerintah menarik rem PPKM Darurat. Hal ini karena angka kasus harian Covid-19 mencapai 21.000 per hari, tingginya okupansi rumah sakit di sekitar Jabodetabek hingga 90 persen, dan ditambah adanya varian delta yang mudah menyebar di masyarakat.
Presiden Jokowi juga mengingatkan kepada semua pihak, agar tidak hanya ego memikirkan ekonomi. Dia menekankan bahwa kunci pemulihan ekonomi adalah penyelesaian masalah Covid-19.
Menurut Jokowi, ekonomi Indonesia tidak akan pulih jika pandemi Covid-19 tak bisa dikendalikan. PPKM Darurat ini akan membatasi aktivitas perkantoran, menjadi WFH penuh dan membatasi pergerakan sosial masyarakat untuk mencegah penularan virus corona.
"Semua harus waspada, jangan hanya berbicara ekonomi, ekonomi, ekonomi, tapi tidak melihat kesehatan. Jangan juga melihat kesehatan, kesehatan, tapi tak melihat ekonomi, dua-duanya harus beriringan," kata Jokowi di sela pembukaan Musyawarah Nasional (Munas) VIII Kamar Dagang dan Industri (Kadin) di Kendari, Rabu (30/6/2021).
Sementara itu, data Satgas Covid-19 menunjukkan jumlah kasus mingguan pekan ini sudah mencapai 125.396 kasus, jauh lebih tinggi dari puncak pertama kasus Covid-19 yang terjadi pada Januari 2021 dengan jumlah kasus mingguan 89.902 kasus.
Satgas juga menyebut bahwa angka ini menjadi tanda adanya gelombang kedua Covid-19 di Indonesia.
Pada puncak kedua ini, kenaikan dari titik kasus terendah mencapai 381 persen atau hampir lima kali lipatnya dan mencapai puncak dalam waktu enam minggu. Padahal, Indonesia sempat mengalami penurunan kasus sejak puncak pertama yaitu selama 15 minggu dengan total penurunan hingga 244 persen.
Kenaikan mulai terjadi satu minggu pasca periode libur lebaran, sejak pekan keempat pasca periode libur, kenaikan meningkat tajam dan berlangsung selama tiga minggu hingga mencapai puncak kedua di pekan terakhir Juni ini.
Jokowi menyebut, kenaikan ini tidak lain terjadi karena tingginya mobilitas masyarakat saat libur Lebaran lalu. "Ini efek libur Lebaran kemarin, plus varian baru. Hari ini kita naik, (kasus aktif) melompat dua kali lipat lebih menjadi 228.000," ujarnya.
Kepala negara menyebut, angka-angka ini yang terus ia pantau setiap hari. Termasuk juga perkembangan jumlah keterisian tempat tidur atau bed occupancy ratio (BOR) nasional. BOR di Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet selalu menjadi patokan Jokowi.
"Biasanya yang saya pakai jadi patokan itu Wisma Atlet. Tiap jam 10 atau jam 12 malam, saya tanya ke sana. Saya selalu telepon Dokter Tugas (Mayjen TNI Tugas Ratmono, Koordinator RSDC) mengenai keterisian bed di Wisma Atlet. Pernah September (2020) itu 92 persen, saya betul-betul sudah gemetar dan grogi betul," ujarnya.
Jokowi juga mengapresiasi semua pihak karena BOR di rumah sakit berhasil diturunkan, bahkan di medio Mei mencapai 15 persen. "Dari 92 sudah turun jadi 15 persen. Sudah senang sekali kita saat itu. Tetapi begitu ada liburan, hari ini saya harus ngomong apa adanya, (naik lagi) 90 persen," katanya.