Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jadi Saksi Dunia, Remaja Perekam Kematian George Floyd Raih Hadiah Pulitzer 

Dalam rekaman itu terdengar suara Floyd yang mengatakan dirinya tidak bisa bernapas, hingga memicu gelombang protes, pertama di Minnesota dan kemudian di seluruh negeri.
Demonstrasi di Minneapolis, Amerika Serikat pada Selasa (26/5/2020) memprotes kematian George Floyd. (Carlos Gonzalez - Star Tribune melalui Getty Images)
Demonstrasi di Minneapolis, Amerika Serikat pada Selasa (26/5/2020) memprotes kematian George Floyd. (Carlos Gonzalez - Star Tribune melalui Getty Images)

Bisnis.com, JAKARTA - Keberanian seorang remaja merekam saat George Flyod ditangani polisi kulit putih menjadi saksi bagi dunia atas apa yang terjadi.

Atas keberaniannya merekam detik-detik kematian George Floyd lewat ponsel, Darnella Frazier, menerima penghargaan khusus dari Pulitzer Prize.

Seperti diketahui Pulitzer adalah ajang paling bergengsi dalam jurnalisme Amerika Serikat.

"(Video Frazier) menyoroti peran penting warga negara dalam pencarian jurnalis untuk kebenaran dan keadilan," kata dewan Pulitzer, dikutip Tempo.co dari Al Jazeera, Sabtu, 12 Juni 2021.

Jadi Saksi Dunia, Remaja Perekam Kematian George Floyd Raih Hadiah Pulitzer 

Tangkapan layar dailymail.co.uk dari video proses penangkapan pria keturunan Afro-Amerika bernama George Floyd, 46 tahun, saat dibekuk polisi Derek Chauvin pada Senin 25 Mei lalu. George Floyd tewas setelah lehernya ditindih yang menyebabkan kehabisan nafas. 

Mindy Marques, ketua bersama dewan, pada Jumat menyebut video Frazier transformatif dan mampu menggerakkan orang-orang yang melihatnya hingga memicu protes terhadap kebrutalan polisi di seluruh dunia.

George Floyd, seorang pria kulit hitam, meninggal pada 25 Mei 2020, saat dia dijepit ke tanah oleh petugas polisi Minneapolis, Minnesota, Derek Chauvin.

Video yang direkam Frazier, yang saat itu baru berusia 17 tahun, menunjukkan Chauvin berlutut di leher Floyd selama 9 menit, 29 detik.

Dalam rekaman itu terdengar pula suara Floyd yang mengatakan "Saya tidak bisa bernapas" hingga memicu gelombang protes, pertama di Minnesota dan kemudian di seluruh negeri.

Chauvin kemudian dihukum karena pembunuhan.

Frazier bersaksi di persidangan pembunuhan Chauvin pada Maret. Ia mengatakan bahwa momen Floyd ditahan di tanah memaksanya untuk tetap tinggal. “Itu tidak benar. Dia menderita. Dia kesakitan," katanya.

“Saya terus meminta maaf dan meminta maaf kepada George Floyd karena tidak melakukan lebih banyak dan tidak berinteraksi secara fisik dan tidak menyelamatkan hidupnya,” kata Frazier.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Editor : Saeno
Sumber : Tempo.co
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper