Bisnis.com, JAKARTA - Prancis dan Jerman "meminta kejelasan yang utuh" atas laporan bahwa badan intelijen Denmark membantu Amerika Serikat memata-matai beberapa pejabat senior Eropa.
Kanselir Jerman Angela Merkel menjadi salah satu yang dimata-matai, kata Presiden Prancis Emmanuel Macron.
"Jika informasinya benar maka hal itu tidak dapat diterima sesama sekutu, dan bahkan kurang dapat diterima sesama sekutu dan mitra Eropa," kata Macron dalam sebuah pernyataan kepada pers setelah pertemuan puncak Prancis-Jerman secara virtual seperti dikutip CNN.com, Selasa (1/6/2021).
Pengungkapan bahwa Badan Keamanan Nasional AS (NSA) menyadap ponsel Merkel muncul pada tahun 2013. Hal itu terkuak setelah mantan kontraktor NSA dan pelapor Edward Snowden berbagi dokumen dengan The Guardian.
Dokumen itu menunjukkan bahwa seorang pejabat AS telah menyerahkan 200 nomor telepon kepada badan tersebut, termasuk nomor telepon para pemimpin dunia.
Laporan itu tidak menyebutkan satu pun dari 35 pemimpin dunia yang diduga masuk dalam daftar tersebut. Namun, beberapa bulan setelah laporan awal, pemerintah Jerman secara terbuka mengatakan memiliki informasi yang menunjukkan bahwa AS mungkin memantau ponsel Merkel.
Kantor Kejaksaan Federal Jerman meluncurkan penyelidikan atas tuduhan tersebut, tetapi membatalkannya pada tahun 2015. Pihak kejaksaan mengatakan telah menemukan bukti yang tidak cukup untuk meluncurkan penuntutan.
Lembaga penyiaran layanan publik independen Denmark, DR, menerbitkan sebuah laporan pada Minggu. FE menyebutkan bahwa Dinas Intelijen Pertahanan Denmark (FE) telah melakukan penyelidikan internal pada 2014.
FE menyelidiki apakah NSA menggunakan kemitraannya dengan FE untuk memata-matai pejabat senior Eropa.
DR mewawancarai sembilan sumber yang tidak disebutkan namanya dan yang ekat dengan penyelidikan FE.
"Pemerintah Denmark tidak akan mengomentari spekulasi di media mengenai dinas intelijen kami," kata Menteri Pertahanan Denmark Trine Bramsen dalam sebuah pernyataan yang dikirim ke CNN.
Ia menegaskan sikap Denmark soal dugaan aksi mata-mata tersebut.
"Posisi pemerintah Denmark jelas bahwa penargetan sistematis terhadap mitra sekutu dekat kami tidak dapat diterima. Jelas, itu adalah prinsip yang dipatuhi oleh otoritas Denmark," katanya.
FE menolak untuk mengomentari laporan tersebut sama sekali. NSA juga tidak mau berkomentar.
Merkel pada Senin mengatakan dia setuju dengan pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron bahwa penyadapan antara sekutu tidak dapat diterima.
"Tidak ada yang berubah dalam sikap kami terhadap klarifikasi yang diberikan oleh pendahulunya pada saat itu," kata Merkel, merujuk klaim awal yang diajukan pada 2013.
Dia menambahkan bahwa pihaknya fokus pada hubungan saat ini dan saling percaya.
"Saya lega bahwa pemerintah Denmark menyatakan dengan sangat jelas apa yang dia pikirkan tentang hal ini dan sejauh itu saya melihat hal itu baik, tidak hanya untuk mengklarifikasi masalah, tetapi untuk benar-benar membangun hubungan saling percaya," kata Merkel .
Pemerintah Federal Jerman sedang berhubungan "dengan semua otoritas internasional dan nasional yang relevan untuk mencapai kejelasan tentang masalah tersebut," kata Steffen, juru bicara Merkel.