Bisnis.com, JAKARTA - Amerika Serikat secara resmi mulai menarik pasukan terakhirnya dari Afghanistan kemarin sekaligus mengakhiri perang terpanjangnya selama 20 tahun. Penarikan ini juga menandai masa depan yang tidak pasti bagi sebuah negara yang berada dalam cengkeraman yang semakin kuat dari milisi Taliban.
Pejabat AS di lapangan mengatakan bahwa penarikan pasukan sedang dalam proses sebagaimana telah disepakati dengan Taliban pada tahun 2020.
Wilayah udara Kabul dan pangkalan udara Bagram di dekatnya terlihat sibuk dengan aktivitas helikopter AS karena penarikan pasukan. Pasukan dari Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) juga melakukan penarikan pasukan yang berada di negara itu sejak tahun 2001.
Pasukan keamanan Afghanistan terlihat bersiaga tinggi untuk menjaga kemungkinan serangan seiring dengan mundurnya pasukan Amerika Serikat.
"Amerika secara resmi memulai penarikan mereka dari Afghanistan pada 1 Mei dan Taliban mungkin akan meningkatkan kekerasan," kata penjabat Menteri Dalam Negeri Hayatullah Hayat kepada komandan polisi seperti dikutip Aljazeera.com, Minggu (2/5).
Sedangkan penasihat Dewan Keamanan Nasional Afghanistan, Hamdullah Mohib mengatakan bahwa Taliban "mungkin memilih perang" dalam upaya untuk merebut kekuasaan setelah pasukan AS sepenuhnya keluar. Akan tetapi tetapi pasukan keamanan siap untuk menghadapi para pejuang itu.
Baca Juga
Kehadiran pasukan AS setelah 20 tahun di negara Asia tersebut diakhiri meskipun pertempuran berkecamuk di seluruh pedesaan tanpa adanya kesepakatan damai.
Hameed Hakimi dari Chatham House mengatakan kepada Al Jazeera bahwa proses penarikan telah mengubah kekosongan kekuasaan dan kekerasan di sekitar Kabul.
"Perhatian utama AS dalam pemahaman saya adalah bagaimana memastikan Taliban tidak menyerang mereka saat menarik diri sejak sekarang hingga September," katanya.