Bisnis.com, JAKARTA – Guru Besar Universitas Indonesia Profesor Zubairi Djoerban mengatakan parahnya lonjakan kasus Covid-19 di India membuat tenaga kesehatan India bak bekerja di zona perang.
“Saya melihat India ini seperti zona perang. Tidak terbayang bagaimana para dokter dan pasien di sana untuk bertahan,” kata Profesor Zubairi melalui cuitannya, Rabu (28/4/2021).
Dia juga mengungkapkan bahwa beberapa dokter bahkan sampai harus mengemis di media sosial untuk mendapatkan oksigen.
“Yang menyesakkan, masih ada orang yang menganggap situasi ini sebagai “scandemic”. Duh,” imbuhnya.
Zubairi menilai, kasus di India perlu menjadi perhatian, karena negara tersebut menyumbang hampir setengah dari semua kasus Covid-19 baru yang ada di bumi tiap hari.
“Obat, oksigen, ventilator, jadi barang langka. Sementara orang-orang sekarat antre di luar rumah sakit karena tempat tidurnya habis,” ujarnya.
Belum lagi, saat ini disebut bahwa varian virus yang ada di India sudah masuk di Indonesia, seperti disampaikan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin beberapa waktu lalu, meskipun Menkes Budi tak memerincikan varian mana yang ada, apakah B117 atau B1617.
Zubairi menegaskan, meskipun belum ada bukti kuat varian B1617 ini lebih menular atau resisten terhadap vaksin. Tapi, masyarakat harus memperlakukan varian ini sebagai ancaman nyata sebelum terlambat menghentikannya.
“Jangan sampai kita kembali ke masa awal pandemi lagi. Apalagi jadi seperti India. Jangan!” tegasnya.
Sementara itu, berdasarkan data worldometers, per Rabu (28/4) total kasus konfirmasi di Indonesia mencapai hampir 18 juta kasus atau tepatnya 17.997.267 kasus.
Adapun, kasus sembuh di negara tersebut 14.817.371, sedangkan kasus kematian akibat Covid-19 menembus 201.187 kasus.
Saya melihat India ini seperti zona perang. Tidak terbayang bagaimana para dokter dan pasien di sana untuk bertahan.
— Zubairi Djoerban (@ProfesorZubairi) April 28, 2021
Beberapa dokter bahkan sampai mengemis online untuk dapatkan oksigen. Yang menyesakkan, masih ada orang yang menganggap situasi ini sebagai “scandemic”. Duh.