Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Enam Anak Usaha Grup Sritex Dalam Bayang Gugatan PKPU

Empat gugatan PKPU mendera sejumlah perusahaan Grup Sritex kurang dari sebulan terakhir. Gugatan itu menjadi tantangan di tengah upaya perseroan mengajukan proporsal restrukrisasi utang.
Sritex
Sritex

Bisnis.com, JAKARTA -- Konglomerasi tekstil asal Solo, Grup Sritex, terus mendapat gugatan penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) di Pengadilan Negeri (PN) Semarang.

Dalam catatan Bisnis, kurang dari sebulan terakhir, setidaknya ada enam perusahaan di bawah Grup Sritex dan dua petinggi Grup Sritex yakni Iwan Setiawan Lukminto dan istrinya Megawati yang digugat PKPU.

Keenam perusahaan yang dimaksud antara lain, PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL), PT Rayon Utama Makmur (RUM), PT Sinar Pantja Djaja, PT Bitratex Industries, PT Primayudha Mandirijaya, dan PT Senang Kharisma Textil.

Menariknya, gugatan yang dilayangkan kepada enam perusahaan Grup Sritex tersebut diajukan oleh empat pihak yang berbeda mulai dari PT Swadaya Graha, CV Prima Karya, Bank QNB Indonesia, dan sebuah perusahaan kargo yakni PT Indo Bahari Ekspress.

Khusus untuk PT RUM, gugatan Indo Bahari Ekspress adalah gugatan PKPU yang kedua. Adapun gugatan yang pertama, diajukan oleh Swadaya Graha, telah ditolak oleh PN Semarang.

PT RUM adalah perusahaan yang berlokasi di Sukoharjo, Jawa Tengah. Selain masalah PKPU, PT RUM adalah perusahaan serat rayon milik Grup Sritex. 

Sebagian saham PT RUM dikuasai oleh keluarga Lukminto. PT RUM saat ini dipersiapkan untuk memasok bahan baku untuk industri tekstil dan produk tekstil Grup Sritex, termasuk SRIL.

Bisnis telah menelusuri kaitan antara PT RUM dan Grup Sritex. Hasilnya, serat rayon yang diperoduksi RUM digunakan oleh SRIL dan anak usahnya, termasuk PT Sinar Pantja Djaja. Keduanya juga sedang digugat PKPU.

Sayangnya pihak SRIL dan Sritex belum mau memberikan komentar soal banjir gugatan PKPU tersebut. Head of Corporate Communication SRIL Joy Citradewi tak menjawab pertanyaan tertulis yang disampaikan Bisnis

Begitupula dengan bos Grup Sritex yang juga menjabat sebagai Direktur Utama SRIL Iwan Setiawan Lukminto yang tak merespons permintaan konfirmasi Bisnis.

Rating Utang

Sulit untuk tidak mengaitkan empat gugatan PKPU dengan kondisi keuangan Grup Sritex yang belakangan ini memang sedang banyak disorot.

Seperti diketahui, dua lembaga pemeringkat yakni Fitch dan Moody's telah menurunkan rating utang SRIL. Fits telah menurunkan peringkat bond Sritex yang beredar dan yang diusulkan menjadi 'B-' / 'RR4' dari 'BB-'. 

Pada saat yang sama, Fitch Ratings Indonesia telah menurunkan Peringkat Nasional Jangka Panjang Sritex menjadi 'BB (idn)' dari 'A + (idn)'. 

Berdasarkan situs fitchratings.com, penurunan peringkat didasarkan pada peningkatan risiko likuiditas dan risiko pembiayaan kembali atau refinancing yang timbul dari ketidakpastian sehubungan dengan perpanjangan pinjaman sindikasi Sritex senilai US$350 juta yang jatuh tempo pada Januari 2022. 

RWN mencerminkan ketidakpastian pelaksanaan rencana pembiayaan kembali. "Peringkat Nasional 'BB' menunjukkan peningkatan risiko gagal bayar relatif terhadap emiten atau obligasi lain di negara atau serikat moneter yang sama," ungkap keterangan tersebut, dikutip Bisnis, Jumat (26/3/2021). 

Sementara Moody's juga telah menurunkan peringkat ke B3 dari B1 dengan peringkat untuk obligasi senior US$150 juta tanpa jaminan yang jatuh tempo pada tahun 2024, yang diterbitkan oleh Golden Legacy Pte. Ltd. dan dijamin tanpa syarat dan tidak dapat ditarik kembali oleh Sritex dan anak perusahaannya.

Kedua, surat utang senior tanpa jaminan senilai US$225 juta yang jatuh tempo pada 2025, dikeluarkan oleh Sritex dan dijamin tanpa syarat dan tidak dapat ditarik kembali oleh semua anak perusahaan yang beroperasi. 

Analis Moody's dan Analis Utama Sritex Stephanie Cheong menuturkan semua peringkat tetap dalam peninjauan untuk penurunan lebih lanjut. 

"Penurunan peringkat mencerminkan likuiditas Sritex yang terus-menerus lemah dan meningkatnya risiko pembiayaan kembali karena penundaan yang berkelanjutan dan material lebih lanjut dengan latihan perpanjangan pinjamannya, "katanya, Senin (22/3/2021). 

Di sisi lain, Direktur Sri Rejeki Isman Allan M. Severino menuturkan emiten bersandi SRIL ini mengklarifikasi beberapa hal terkait penurunan peringkat dari dua lembaga pemberi rating utang tersebut. 

"Saat ini, PT Sri Rejeki lsman Tbk masih melanjutkan proses perpanjangan sindikasi dengan Mandated Lead and Arranger Bank (MLAB)," jelasnya dalam keterbukaan informasi.

Upaya Restrukrisasi

Di sisi lain, SRIL juga tengah menyiapkan proses pengajuan restrukturisasi utang perseroan. 

Sekretaris Perusahaan SRIL Welly Salam mengatakan perseroan tengah melakukan diskusi dan pengkajian dengan Financial Advisor dan Legal Advisor dalam proses pelunasan pinjaman sindikasi.

 “Kami juga memastikan bahwa hingga saat ini, perusahaan masih memenuhi financial covenant yang diberikan oleh setiap kreditur perseroan berdasarkan lapkeu per 31 Desember 2020,” ungkap Welly dalam keterbukaan, Kamis (15/4/2021).

Dilansir dari Bloomberg, emiten dengan kode saham SRIL ini berencana menunda pembayaran utang sampai menyerahkan rencana restrukturisasi kepada kreditur. Menurut sumber yang mengetahui persoalan ini, rencana tersebut akan diserahkan mulai 9 Agustus 2021.

Head of Corporate Communication SRIL Joy Citradewi mengatakan bahwa perseroan sedang mempersiapkan proposal restrukturisasi utang, namun tidak memberikan penjelasan lebih lanjut kepada Bloomberg

Seperti diketahui, perusahaan yang dikenal sebagai Sritex itu telah mencoba untuk memperpanjang jatuh tempo pinjaman dolar selama dua tahun hingga Januari 2024. 

Pinjaman tersebut diumumkan pada tahun 2019 dan memiliki ukuran kesepakatan sebesar US$350 juta, menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg

Sritex mengatakan dalam pernyataan 22 Maret bahwa mereka berada dalam "posisi rentan" setelah lead arranger dan bookrunner yang diamanatkan memutuskan untuk menunda penandatanganan perpanjangan pinjaman, yang dijadwalkan pada 19 Maret, karena kejadian yang belum pernah terjadi sebelumnya. 

Pada awal bulan ini, perseroan mengatakan bahwa mereka menunjuk Helios Capital Asia dan Assegaf Hamzah & Partners sebagai perwakilan dalam proses restrukturisasi utang. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper