Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menkeu Sri Mulyani: Negara Tidak Mungkin Maju Kalau Perempuannya Tidak Dididik

Sri menjelaskan bahwa pada 100 tahun lalu seorang perempuan hadir melihat dunia dari kaca mata wanita tentang fenomena keluarga, sosial, dan negaranya. Dari situ, Kartini mampu membangkitkan sebuah pergerakan dan mengubah dinamika hingga persepsi kesetaraan bagi perempuan. 
Menteri Keuangan Sri Mulyani memaparkan rancangan APBN 2021 dalam konferensi pers virtual, Selasa (1/12/2020) / Foto: Kemenkeu RI
Menteri Keuangan Sri Mulyani memaparkan rancangan APBN 2021 dalam konferensi pers virtual, Selasa (1/12/2020) / Foto: Kemenkeu RI

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa setiap tanggal 21 April bertebaran kata-kata mutiara dari Raden Ajeng Kartini. Itu menandakan setiap orang mengagumi dia.

“Setiap kata-kata yang Anda kutip dari sumber mana saja, tampaknya kehadiran Ibu Kartini masih sangat relevan. Kata-katanya rasanya masih eksis sampai hari ini,” katanya pada diskusi dengan tema Hari Kartini Kemenkeu 2021, Rabu (21/4/2021).

Sri menjelaskan bahwa pada 100 tahun lalu seorang perempuan hadir melihat dunia dari kaca mata wanita tentang fenomena keluarga, sosial, dan negaranya. Dari situ, Kartini mampu membangkitkan sebuah pergerakan dan mengubah dinamika hingga persepsi kesetaraan bagi perempuan. 

“Seluruh harapan pemilkiran Ibu Kartini di dalam merumuskan sebuah tekad bahwa perempuan perlu mendapatkan kesempatan dalam memperoleh penddikan,” jelasnya.

Perjuangan itu, terang Sri, bukan untuk Kartini seorang melainkan kemajuan negara. Hal itu terlihat dari strategi yang digunakan. Kartini dalam memperjuangkan kesetaraan perempuan yang pertama dilakukan adalah menenangkan sisi lainnya yaitu pria. Dia menyampaikan bahwa yang dilakukannya bukan untuk bersaing.

Lalu, Kartini mengungkapkan alasannya mengapa harus ada kesetaraan gender, salah satunya dalam memperoleh pendidikan. Itu adalah sebuah kultur peradaban. Dari situ, tambah Sri, Kartini mendobrak budaya tidak dengan cara anarki, memaki, ataupun bully (aniaya). Semua dilakukan dengan argumen dan logika yang runtut tapi tajam, mengena, dan berhubungan dengan seluruh bangsa.

“Kalau kita ingin menjadi negara maju, membangun peradaban, tidak mungkin kalau perempuannya tidak dididik. Karena perempuan adalah pendidik pertama dan utama bagi generasi yang akan datang,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper