Bisnis.com, JAKARTA - China dan Amerika Serikat berkomitmen untuk bermitra dalam menghadapi perubahan iklim. Hal ini tercermin dari pernyataan bersama setelah pertemuan utusan senior kedua negara di tengah ketegangan geopolitik.
Dilansir dari Bloomberg pada Minggu (18/4/2021), pemerintah China dan Amerika Serikat sepakat akan mendukung implementasi Perjanjian Paris sebagai upaya mempromosikan konferensi perbubahan iklim yang digagas oleh PBB pada tahun ini.
"Pernyataan bersama ini langkah tegas menuju kerja sama di tengah tantangan geopolitik yang besar. Pernyataan tersebut menggarisbawahi perlunya tindakan ambisius jangka pendek dan akan meluncurkan proses keterlibatan G2 yang berkelanjutan pada masalah eksistensial yang menjadi kepentingan global," kata Li Shuo, seorang analis iklim di Greenpeace Asia Timur yang berbasis di Beijing.
Pernyataan bersama antara pemerintah China dan Amerika Serikat ini muncul setelah ketegangan kedua negara yang semakin meningkat usai pertemuan Presiden AS Joe Biden dengan Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga di Gedung Putih pada Jumat lalu. Mereka menyatakan kekhawatiran terhadap isu kekerasan HAM di China. China pun membantah mereka dengan mengatakan kedua presiden telah mencampuri urusan negaranya.
Biden direncanakan akan memimpin konferensi iklim virtual pada pekan ini yang dihadiri oleh pemimpin dunia. AS dan China disebut akan berbagi tujuan KTT untuk meningkatkan ambisi iklim global dalam mitigasi, adaptasi, dan dukungan.
Utusan iklim presiden AS John Kerry dan mitranya dari China, Xie Zhenhua mengungkapkan kedua negara mendukung tujuan Perjanjian Paris untuk membatasi kenaikan suhu rata-rata global hingga di bawah 2 derajat Celcius dan mencoba membatasinya hingga 1,5 derajat Celcius.
Presiden Xi Jinping menaruh perhatian besar terhadap diplomasi iklim untuk menunjukkan kepmimpinan globalnya. Kepedulian terhadap lingkungan telah menjadi prioritasnya sejak menjadi presiden pada 2013. Kebijakannya juga berkontribusi terhadap peran globalnya di sektor produksi panel surya, turbin angin, dan kendaraan listrik.
Pada 2014, Presiden Xi dan Barack Obama meneken perjanjian bilateral terkait pengurangan emisi yang menjadi cikal bakal Perjanjian Paris pada 2015.
Kendati demikian, Beijing masih meghadapi kritikan karena dianggap kurang berambisi dalam mengurus masalah pengurangan emisi. China dinyatakan menjadi penyumbang gas rumah kaca terbesar ke atmosfer dan berencana untuk meningkatkan emisi karbon hingga akhir dekade ini. Beijing juga terus mendukung industri batu bara yang berperan besar bagi perekonomian negara ini.