Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tantang AS, China Teken Perjanjian Strategis dengan Iran

Perjanjian Kemitraan Strategis Komprehensif, yang ditandatangani di Teheran oleh Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif dan mitranya dari China Wang Yi, telah dikerjakan sejak 2016.
Presiden China Xi Jinping dan Presiden Amerika Serikat Joe Biden dalam pertemuan 2012 di Gedung Putih/ Bloomberg
Presiden China Xi Jinping dan Presiden Amerika Serikat Joe Biden dalam pertemuan 2012 di Gedung Putih/ Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - China dan Iran menandatangani kesepakatan menyeluruh yang bertujuan untuk memetakan arah hubungan ekonomi, politik, dan perdagangan mereka selama 25 tahun ke depan.

Beijing berencana untuk berinvestasi di Iran sambil membeli minyak dari Republik Islam itu, yang semakin membuat tegang hubungannya dengan AS yang telah terganggu oleh impor minyak mentah Iran yang dikirim secara diam-diam oleh China.

Perjanjian Kemitraan Strategis Komprehensif, yang ditandatangani di Teheran oleh Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif dan mitranya dari China Wang Yi, telah dikerjakan sejak 2016, ketika Presiden Xi Jinping menjadi pemimpin China pertama yang mengunjungi ibu kota Iran dalam lebih dari satu dekade.

Aliansi terbaru antara Beijing dan Teheran itu merupakan tantangan bagi pemerintahan Presiden AS Joe Biden saat mencoba mengumpulkan sekutu untuk melawan China, yang menurut Menteri Luar Negeri Antony Blinken adalah ujian geopolitik terbesar dunia.

"Dokumen itu dapat meningkatkan hubungan bilateral ke tingkat strategis baru," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Saeed Khatibzadeh dalam wawancara yang disiarkan televisi, dilansir Bloomberg, Minggu (28/3/2021).

Dia melanjutkan, kesepakatan itu berfokus pada peningkatan kolaborasi sektor swasta dan peran Iran dalam infrastruktur andalan Xi dan program investasi Belt and Road Initiative (BRI).

Rancangan salinan garis besar kesepakatan yang muncul di media tahun lalu menunjukkan rencana pasokan jangka panjang minyak mentah Iran ke China serta investasi dalam infrastruktur minyak, gas, petrokimia, energi terbarukan dan energi nuklir.

Terpikat oleh prospek harga yang lebih murah, China telah meningkatkan impor minyak Iran menjadi sekitar 1 juta barel per hari, mengikis pengaruh AS saat bersiap memasuki pembicaraan yang macet dengan Teheran untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir.

Pemerintahan Biden telah mengindikasikan bahwa mereka terbuka untuk terlibat kembali dengan Iran setelah Presiden Donald Trump membatalkan perjanjian itu hampir tiga tahun lalu dan menerapkan kembali sanksi ekonomi. Namun kedua belah pihak bahkan belum setuju untuk bertemu. Iran mengekspor sekitar 2,5 juta barel minyak sehari sebelum sanksi AS dilanjutkan.

Integrasi lebih dekat Iran dengan China dapat membantu menopang ekonominya melawan dampak sanksi AS, sambil mengirimkan sinyal yang jelas ke Gedung Putih tentang niat Teheran. Wang Yi, yang tiba di Teheran pada Jumat pekan ini, juga bertemu dengan Presiden Hassan Rouhani untuk membahas kesepakatan nuklir tersebut.

Dalam pidato yang disiarkan televisi, Rouhani mengemukakan kemungkinan pelonggaran pembatasan sebelum berakhirnya masa jabatan kedua dan terakhirnya sebagai presiden pada awal Agustus.

“Kami siap untuk mencabut sanksi. Jika rintangan dihilangkan, semua atau setidaknya beberapa sanksi dapat dicabut," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper