Bisnis.com, JAKARTA - Hong Kong akan mendirikan 18 pusat vaksinasi komunitas, satu di setiap distrik, untuk masing-masing menangani setidaknya 2.000 penduduk setiap hari.
Kota itu bersiap meluncurkan vaksinasi Covid-19 yang dikembangkan oleh BioNTech SE dan Pfizer Inc. paling cepat pada Februari 2021.
Pusat-pusat ini hanya akan menangani vaksin BioNTech, sementara dua merek suntikan lainnya yakni Sinovac Biotech Ltd. dan AstraZeneca Plc, akan didistribusikan ke rumah sakit dan klinik swasta.
Distribusi terpisah untuk menghindari tercampurnya vaksin, karena suntikan BioNTech perlu ditangani pada suhu yang lebih dingin daripada yang lain.
Hong Kong akan mengizinkan orang untuk memilih vaksin mereka, meskipun suntikan Sinovac dan AstraZeneca tidak akan segera tersedia karena belum selesai proses perizinan.
Hong Kong mengadopsi proses vaksinasi yang hati-hati daripada mengejar kecepatan, semata untuk menghindari masalah dengan persediaan atau kemungkinan lonjakan rawat inap.
Hal itu berbeda dengan kota-kota seperti London dan New York, di mana pemerintah berlomba untuk memvaksinasi populasi secepat mungkin untuk mengendalikan kasus yang melonjak.
"Prioritas kami sebenarnya adalah memiliki program yang terorganisir," kata Thomas Tsang, Anggota Satuan Tugas Program Vaksinasi Hong Kong, dilansir Bloomberg, Rabu (27/1/2021).
"Kami berusaha semulus mungkin, karena itu penting untuk membangun kepercayaan publik. Kami pasti tidak menginginkan sesuatu yang tidak terduga atau gangguan logistik," lanjutnya.
Infeksi Covid-19 Hong Kong tidak meningkat secara drastis, dengan aturan jarak sosial yang ketat membuat kasus lokal menjadi relatif melambat setiap hari.
Dalam upaya untuk mencegah beban rumah sakit bertambah, Hong Kong mungkin tidak memvaksinasi semua warga lanjut usia dan panti jompo sekaligus. Sebaliknya, memvaksinasi penduduk berisiko tinggi tersebut secara bertahap.
"Kami tidak ingin tiba-tiba gelombang penghuni panti jompo pergi ke rumah sakit," kata Tsang.
Hong Kong juga tidak mengikuti pendekatan yang diambil oleh Inggris, yang menghabiskan seluruh pasokan vaksin awal pada dosis pertama, dan kemudian harus menunggu lebih banyak kelompok untuk memberikan dosis kedua.
Kurangnya pasokan telah muncul sebagai salah satu gangguan terbesar bagi pemerintah yang mencoba menyuntik warganya.
Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam kemarin mengatakan dia telah meminta China untuk memasok lebih banyak vaksin. Laporan sebelumnya mengatakan Lam berupaya menambah pasokan vaksin yang dikembangkan oleh Sinopharm, yang saat ini tidak memiliki kontrak vaksin dengan Hong Kong.