Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Di Tengah Pandemi Covid-19, Sido Muncul Jadi Juara Sorotan Media

Industri jamu diproyeksikan akan mengalami pertumbuhan pesat yang dipicu oleh pandemi Covid-19.
Aktivitas di pabrik pembuatan jamu Sido Muncul./sidomuncul.co.id
Aktivitas di pabrik pembuatan jamu Sido Muncul./sidomuncul.co.id

Bisnis.com, JAKARTA - Produsen jamu asal Indonesia mendapatkan sorotan pemberitaan yang cukup masif di tengah persaingan perusahaan farmasi berskala internasional.

Berdasarkan riset Insentia di 6 negara Asia Tenggara, merek dagang milik PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. (SIDO), yakni Sido Muncul menjadi topik terpopuler di portal berita online dengan total 14.700 buzz.

Adapun 6 negara di Asia Tenggara tersebut adalah Indonesia, Singapura, Malaysia, Vietnam, Filipina, dan Thailand. 

Berdasarkan laporan Isentia, hal itu diikuti dengan kinerja positif Sido Muncul pada kuartal III/2020. Hal ini utamanya disokong kenaikan pendapatan dari penjualan produk jamu dan suplemen.

Kenaikan pendapatan tersebut berdampak pada laba bersih perseroan yang naik 10,78 persen menjadi Rp640,80 miliar dari Rp578,44 miliar pada kuartal III/2019.

“Cukup mengejutkan bahwa pandemi tersebut juga mendorong permintaan obat-obatan herbal yang dipercaya dapat menjaga kesehatan dan melindungi dari virus Covid-19. Apalagi, industri jamu diproyeksikan akan mengalami pertumbuhan pesat yang dipicu oleh pandemi," kata Insights Manager Isentia Indonesia, Yudha Prawira, dalam keterangan resmi, Rabu (27/1/2020).

Sementara itu di sosial media, nama Sido Muncul berada pada urutan ke-11 sebagai perusahaan obat yang paling sering di sebut di sosial media 6 negara Asia Tenggara. Produk Susu Jahe dari emiten bersandi SIDO ini mendapatkan respons sangat banyak saat menggelar kuis melalui sosial media. Selain menjawab pertanyaan kuis, warganet juga memberikan ulasan positif mengenai produk.

Di Indonesia, Sido Muncul duduk di peringkat 6 sebagai perusahaan obat yang paling sering disebut di sosial media. 

Sementara itu, saat ini, masih mengutip laporan Insentia, bisnis farmasi telah bergser menjadi konsolidasi global, regional, dan domestik. Hal ini dilakukan guna mempercepat produksi vaksin Covid-19. 

Salah satu contohnya adalah Covifor atau Remdesivir, satu produk yang digunakan dalam perawatan pasien Covid-19. Produk tersebut diimpor oleh PT Amarox Global Pharma (Amarox) di Indonesia dari Hetero India. PT Kalbe Farma Tbk. bertindak sebagai distributor produk menyesuaikan harga pasar.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rika Anggraeni
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper