Bisnis,com, JAKARTA - Pertumbuhan kredit China melambat pada bulan Desember, menunjukkan bahwa peningkatan kredit besar-besaran sejak tahun lalu mungkin telah mencapai puncaknya karena bank sentral berupaya untuk menormalkan kebijakan.
Dilansir Bloomberg, Selasa (12/1/2021), People’s Bank of China menyatakan pembiayaan agregat yang disalurkan di negara tersebut adalah 1,72 triliun yuan ($ 266 miliar), turun dibandingkan dengan November yang mencapai 2,13 triliun yuan. Sebagian besar penurunan berasal dari penurunan besar dalam aktivitas shadow-banking.
Jumlah pembiayaan baru yang diberikan lembaga keuangan pada bulan tersebut sebanyak 1,26 triliun yuan, lebih rendah dari pada November tetapi lebih tinggi dari Desember 2019. Adapun, jumlah uang beredar M2 yang luas tumbuh 10,1% dari tahun sebelumnya.
Sementara itu, stok kredit yang beredar adalah 284,8 triliun yuan pada bulan Desember, tumbuh 13,3% secara tahunan , tapi melambat dibandingkan pertumbuhan bulan November. Stok pinjaman yuan naik menjadi 171,6 triliun yuan.
Ketika pemulihan ekonomi berlangsung, bank sentral China telah mulai menjajaki kemungkinan keluar dari beberapa langkah stimulus darurat yang diluncurkan selama pandemi, sambil mempertahankan dukungan yang diperlukan di area tertentu.
Dalam wawancara dengan Kantor Berita Xinhua yang dikelola negara pada hari Jumat, Gubernur bank sentral Yi Gang mengatakan kebijakan moneter pada tahun 2021 harus stabil.
Baca Juga
Dia menambahkan bahwa likuiditas harus dijaga agar tetap wajar dan memadai, dan tingkat pertumbuhan suplai uang M2 dan pembiayaan sosial agregat harus sesuai dengan kenaikan produk domestik bruto.
Dia juga mengindikasikan langkah pengetatan pasokan kredit, dengan memperhatikan kebutuhan untuk mencegah risiko keuangan dan menstabilkan rasio leverage makro.
"Pertumbuhan kredit mungkin telah mencapai puncaknya November lalu," tulis ekonom Macquarie Group Ltd. yang dipimpin oleh Larry Hu. “Arah luas menuju pengetatan sudah jelas.”