Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perketat Lockdown, Inggris Gelontorkan Lebih Banyak Stimulus

Perdana Menteri Boris Johnson memberlakukan peraturan yang lebih ketat di sebagian besar wilayah Inggris dalam upaya membasmi varian baru virus corona yang menyebar dengan cepat.
Suasana sepi di Tower Bridge di London, Inggris, Kamis (9/4/2020). Bloomberg/Simon Dawson
Suasana sepi di Tower Bridge di London, Inggris, Kamis (9/4/2020). Bloomberg/Simon Dawson

Bisnis.com, JAKARTA - Di tengah kemunculan varian baru virus Covid-19 di Inggris, pemerintah setempat memperketat aturan penguncian dan menggelontorkan stimulus tambahan untuk mendukung pekerja dan perusahaan.

Perdana Menteri Boris Johnson memberlakukan peraturan yang lebih ketat di sebagian besar wilayah Inggris dalam upaya membasmi varian baru virus corona yang menyebar dengan cepat ke seluruh negeri.

Menteri Kesehatan Matt Hancock mengatakan Sussex, Oxfordshire, Suffolk, Norfolk, Cambridgeshire, sebagian besar Hampshire dan Essex sekarang akan menghadapi aturan paling ketat dalam sistem tingkat 4 pemerintah, mulai 26 Desember mendatang.

Daerah-daerah tersebut menyusul London dan Inggris bagian tenggara, yang berarti toko-toko tidak penting harus tutup dan sosialisasi lebih dibatasi.

"Varian baru menyebar pada tingkat yang berbahaya," kata Hancock, dilansir Bloomberg, Kamis (23/12/2020).

Secara terpisah, Departemen Keuangan mengumumkan 800 juta poundsterling (US$ 1,1 miliar) uang tunai untuk pemerintahan yang didelegasikan di Skotlandia, Wales dan Irlandia Utara untuk mendukung perusahaan dan pekerja melalui pandemi. Dengan demikian, jumlah uang tunai tambahan yang diumumkan pemerintah daerah sejak anggaran pada Maret menjadi 16,8 miliar poundsterling.

Departemen Keuangan mengeluarkan 280 miliar poundsterling untuk mengatasi virus dan mendukung perusahaan dan pekerja pada tahun fiskal saat ini. Namun tekanan meningkat bagi Menteri Keuangam Resi Sunak untuk membelanjakan lebih banyak lagi, paling tidak dari industri perhotelan yang dia pilih untuk mendapatkan bantuan khusus selama musim panas.

"Tindakan pembatasan yang mendesak ini membutuhkan dukungan keuangan yang sama mendesaknya untuk bisnis, banyak lagi di antaranya telah mendekati kegagalan komersial," kata Kepala Eksekutif UKHospitality Kate Nicholls dalam sebuah pernyataan.

Inggris melaporkan 39.237 kasus virus corona baru kemarin, peningkatan harian terbesar sejak pandemi dimulai. Sebanyak 744 kematian lainnya dilaporkan dalam 28 hari setelah tes positif, tertinggi sejak akhir April.

Sementara para menteri berharap program vaksinasi yang dimulai bulan ini berarti pembatasan dapat mulai dilonggarkan pada musim semi, Hancock memperingatkan bahwa mutasi baru memperumit masalah.

"Natal ini dan awal 2021 akan menjadi sulit. Varian baru membuat segalanya lebih sulit karena menyebar jauh lebih cepat," katanya.

Varian virus corona baru, yang muncul di tenggara Inggris pada September, telah mengkhawatirkan para ilmuwan dan pemerintah di seluruh dunia karena analisis awal menunjukkan bahwa virus itu mungkin 70 persen lebih mudah ditularkan daripada jenis lain yang beredar. Negara-negara termasuk Prancis untuk sementara menangguhkan perjalanan dari Inggris sebagai tanggapan.

Hancock juga mengatakan bahwa dua kasus baru dari varian yang bahkan lebih menular yang berasal dari Afrika Selatan sejauh ini telah terdeteksi di Inggris. Dia mengatakan kepada orang-orang yang baru saja kembali dari Afrika Selatan untuk menjalani karantina.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper