Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bagaimana Hubungan China dan AS di Bawah Kepemimpinan Joe Biden?

Sejumlah akademisi dan penasihat militer telah menyarankan kepada China agar memperbarui diskusi terkait dengan kendali senjata.
Presiden terpilih Amerika Serikat Joe Biden membahas UU Perlindungan kesehatan Affordable Care Act (Obamacare) dalam jumpa pers di Wilmington, Delaware, AS, 10 November 2020./Antara-Reutersrn
Presiden terpilih Amerika Serikat Joe Biden membahas UU Perlindungan kesehatan Affordable Care Act (Obamacare) dalam jumpa pers di Wilmington, Delaware, AS, 10 November 2020./Antara-Reutersrn

Bisnis.com, JAKARTA - Naik atau turunnya ketegangan antara China dan Amerika Selatan menjadi pertanyaan besar dari berbagai pihak usai terpilihnya Joe Biden sebagai Presiden AS.

Ketegangan antara dua kekuatan besar ini bahkan diprediksi akan menghadapi perang dingin baru dalam administrasi AS yang baru, terutama terkait dengan sistem kendali senjata, senjata nuklir, dan dunia maya.

Dilansir dari South China Morning Post, Rabu (3/12/2020), forum Xiangshan yang menghimpun pakar kebijakan militer dan internasional memperdebatkan struktur kendali senjata yang diberlakukan pada akhir Perang Dingin antara Rusia dan AS yang runtuh menyusul penarikan pemerintahan Donald Trump dari perjanjian kendali senjata utama.

“Hal ini dapat diterima secara luas bahwa desain kendali senjata yang berkembang pada akhir Perang Dingin tidak cukup untuk dunia yang multipolar seperti saat ini,” kata Evgeny Buzhinskiy, mantan departemen perjanjian internasional Kementerian Pertahanan Rusia.

Amerika Serikat sudah lama gusar soal pengembangan nuklir yang dilakukan oleh China, di bawah pemerintahan Trump, bersikeras meminta China bergabung dalam Perjanjian Pengurangan Senjata strategis AS-Rusia (New START) 2010.

Namun, Beijing menolak dengan alasan persenjataan nuklirnya yang jauh lebih kecil. Beijing juga meminta baik AS dan Rusia untuk mengurangi persediaannya terlebih dahulu.

Sejumlah akademisi dan penasihat militer telah menyarankan kepada China agar memperbarui diskusi terkait dengan kendali senjata untuk meraih stabilitas strategis seiring dengan kembalinya kekuatan besar dalam persaingan politik global.

Hal itu diungkapkan oleh seorang profesor dari Keio University, Ken Jimbo. “Saya paham akan sulit bagi China sekarang ini untuk menjadi bagian dari negosiasi New START atau bahkan multilateral [Intermediate-Range Nuclear Forces (INF) Treaty], tetapi sangat penting bagi China untuk meraih stabilitas strategis [dengan AS].

Sementara itu, Yan Xuetong, Dekan Institut Hubungan Internasional Universitas Tsinghua mengaku pesimistis terhadap terpilihnya Joe Biden akan berdampak pada mencairnya hubungan China - AS.

“Ketidakpastian masih akan menjadi karakteristik pada tahun-tahun mendatang. Dunia pasti akan akan menjadi lebih kacau,” katanya dalam forum tersebut.

Menurutnya, Biden akan mengambil pendekatan multilateral. Di saat yang sama, China justru akan semakin menekan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nindya Aldila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper