Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Sentral Inggris Naikkan Porsi Pembelian Obligasi Pemerintah

Program tersebut dimaksudkan untuk mendukung ekonomi di tengah gelombang kedua pembatasan wilayah karena pandemi. Pembelian obligasi tambahan akan dimulai pada Januari hingga akhir 2021.
Bank of England/e-architect.co.uk
Bank of England/e-architect.co.uk

Bisnis.com, JAKARTA - Bank of England meningkatkan program pembelian obligasi menjadi 150 miliar poundsterling (US$195 miliar), lebih besar dari perkiraan ekonom senilai 100 miliar pounsterling.

Program tersebut dimaksudkan untuk mendukung ekonomi di tengah gelombang kedua pembatasan wilayah karena pandemi.

Pejabat yang dipimpin oleh Gubernur Andrew Bailey memilih dengan suara bulat untuk meningkatkan target pembelian aset mereka menjadi 875 miliar poundsterling dan mempertahankan suku bunga acuan pada 0,1 persen.

Pembelian obligasi tambahan akan dimulai pada Januari hingga akhir 2021. Para pejabat siap meningkatkan kecepatan pembelian jika fungsi pasar memburuk.

Dengan demikian BOE kini telah melonggarkan kebijakan moneter empat kali sejak Maret, membanjiri ekonomi dengan uang untuk menekan biaya pinjaman dan membantu pemerintah mendanai langkah penyelamatan dari pandemi.

Para pejabat juga memangkas perkiraan mereka untuk pertumbuhan ekonomi. Diperkirakan ekonomi pada kuartal terakhir tahun ini akan terkontraksi dan risiko pemulihan condong ke sisi negatifnya.

Tindakan moneter dilakukan pada hari yang sama ketika Inggris memasuki lockdwon parsial selama empat minggu untuk membendung lonjakan infeksi virus.

Kanselir Menteri Keuangan Rishi Sunak akan berpidato di depan Parlemen mengenai dukungan pemerintah untuk bisnis dan rumah tangga malam ini.

Program pembelian obligasi yang sekarang lebih dari dua kali lipat ukuran sebelum krisis, telah menjadi ukuran yang disukai BOE. Dengan menyerap peningkatan penerbitan utang pemerintah, hal itu membuat pasar tetap stabil dan biaya pinjaman tetap rendah.

Stimulus juga akan bertindak sebagai bantalan untuk setiap gangguan yang disebabkan oleh keluarnya Inggris dari pasar tunggal Uni Eropa pada akhir tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper