Bisnis.com, JAKARTA - Saham dan mata uang pasar negara berkembang bergejolak antara untung dan rugi, seiring penghitungan hasil pemilihan presiden (Pilpres) Amerika Serikat yang diprediksi lebih cepat dari yang diperkirakan jajak pendapat.
Di tengah spekulasi kemenangan Joe Biden, saham mengalami kenaikan minggu ini. Potensi kemanangan Partai Demokrat di Senat dan DPR juga akan memungkinkan anggota parlemen untuk mengesahkan rencana stimulus AS dan mengurangi ketidakpastian geopolitik.
Indeks Volatilitas Pasar Berkembang JPMorgan Chase & Co., ukuran fluktuasi harga mata uang negara berkembang, naik ke level tertinggi sejak akhir September pada kemarin.
Hampir setiap pasar saham utama di negara berkembang Asia menguat pada hari ini, dengan indeks acuan Filipina naik lebih dari 2 persen.
Perdagangan saham di Korea Selatan, Taiwan, dan Indonesia setidaknya 20 persen lebih tinggi dari rata-rata 30 hari. Volume pada indeks Sensex India sekitar 60 persen lebih tinggi.
Rob Mumford, seorang manajer uang untuk ekuitas pasar berkembang di GAM Investments di Hong Kong mengatakan saat ini belum waktunya untuk merevisi portofolio karena peluangnya bergeser ke kemenangan Trump.
Baca Juga
"Masih terlalu dini untuk mengatakan hasil mana yang akan menang dan kami bukan trader jangka pendek, jadi terlalu dini untuk mengambil penyesuaian posisi," katanya, dilansir Bloomberg, Rabu (4/11/2020).
Dia menambahkan bahwa pemilihan yang diperebutkan selalu merupakan skenario terburuk dan dapat memicu volatilitas jangka pendek karena paket stimulus dan pendekatan terhadap virus menjadi kurang fokus.
Bagi Dhiraj Bajaj, kepala pendapatan tetap Asia di Lombard Odier, meningkatnya ekspektasi akan kemenangan Trump atau Biden tanpa kejayaan Partai Demokrat berarti kenaikan untuk pasar negara berkembang akan dibatasi.
"Kita akan kembali ke apa yang terjadi dalam beberapa kuartal dan tiga tahun terakhir di mana banyak aliran modal akan menguntungkan AS dalam lingkungan ini," katanya.
Namun, di pasar negara berkembang, Asia harusnya akan baik-baik saja karena ditopang kualitas yang lebih baik dan pertumbuhan domestik.
Sementara itu, James Thom, manajer ekuitas Asia di Aberdeen Standard Investments juga memiliki pandangan positif tentang saham Asia terlepas dari siapa yang memenangkan pemilihan AS. Baik itu kemenangan Trump atau Biden, pasar Asia didukung oleh fundamental positif.
"Ada cerita domestik Asia-sentris di sini yang sebagian besar terisolasi dari hasil pemilihan presiden AS dan itulah yang menjadi fokus kami," katanya.
Direktur Pendapatan tetap M&G Investments, Pierre Chartres berpendapat, terpilihnya kembali Trump mungkin merugikan dalam jangka pendek di beberapa negara tertentu terutama di Asia. Namun, prospek jangka panjang untuk utang pasar negara berkembang tampaknya sangat kuat.
Dia mengatakan kemenangan Biden akan menjadi katalisator arus pasar negara berkembang untuk kembali ke ruang mata uang lokal. Jika Trump menang, mungkin ada aliran yang kurang positif ke pasar negara berkembang dalam jangka pendek.
"Tetapi dalam jangka panjang, kami masih berpikir valuasi relatif menarik untuk banyak mata uang pasar berkembang," katanya.
Indeks mata uang acuan turun 0,3 persen dipimpin oleh peso Meksiko dan lira Turki, setelah jatuh sebanyak 0,8 persen. Indeks ekuitas stabil karena saham berjangka AS membalikkan penurunan sebelumnya.
Yuan offshore, barometer utama hubungan AS-China, melemah 0,4 persen setelah menguat sebelumnya di tengah spekulasi calon dari Partai Demokrat Joe Biden akan muncul sebagai pemenang. Rubel melawan tren, menguat 0,6 persen.