Bisnis.com, JAKARTA - Ketidakstabilan kondisi politik menimbulkan dampak berbeda pada pasar saham dan nilai mata uang baht Thailand.
Berdasarkan data Bloomberg pada Jumat (16/10/2020), indeks acuan Thailand SET terpantau melemah 21,03 poin atau 1,66 persen ke posisi 1.242,96. Sebelumnya, SET mencatatkan penurunan terbesar sejak 30 Juli 2020 dengan anjlok 1,7 persen pada Kamis kemarin.
Indeks tersebut telah turun 21 persen pada tahun 2020, atau penurunan terbesar ketiga di wilayah Asia setelah Singapura dan Filipina.
Sebaliknya, nilai baht Thailand pada perdagangan hari ini mengalami penguatan 0,04 persen ke posisi 31,197 per dolar AS dibandingkan dengan posisi pembukaan di angka 31,210 per dolar AS.
Data Bloomberg menunjukkan, sejauh ini investor asing telah menarik dananya dari pasar Thailand sebesar US$9,07 miliar. Jumlah ini berpotensi melewati rekor capital outflow yang terjadi di Thailand pada 2018 lalu.
Pemerintah Thailand telah memberlakukan keadaan darurat nasional menyusul aksi unjuk rasa yang dilakukan masyarakat Thailand. Mereka menuntut adanya reformasi bentuk pemerintahan monarki dan mendukung demokrasi.
Baca Juga
Kekacauan politik di Negeri Gajah Putih kian menjadi seiring dengan pandemi virus corona yang menghantam dua sektor utama perekonomian, yakni pariwisata dan perdagangan. Keadaan darurat nasional tersebut ditetapkan setelah demonstran berhasil menembus pagar batas polisi di kantor pemerintahan perdana menteri.
“Pasar saham di Thailand tidak menjadi pilihan para investor. Perkembangan terkini di negara itu mengkonfirmasi kekhawatiran mereka terkait risiko politik Thailand,” kata Prapas Tonpibulsak, chief investment officer Talis Asset Management Co.
Senada, Ekonom Standard Chartered Bangkok, Tim Leelahaphan mengatakan risiko politik ini akan tetap tinggi dalam beberapa waktu ke depan. Hal ini juga akan berdampak pada outlook perekonomian Thailand di sisa tahun 2020 dan awal tahun 2021.
“Perusahaan-perusahaan di Thailand memiliki outlook penerimaan yang buruk dan tidak akan menarik perhatian investor asing. Kondisi politik saat ini akan menambah risiko negatif,” ujar Komsorn Prakobphol, Senior Investment Strategist Tisco Financial Group Pcl.