Bisnis.com, JAKARTA - Anggaran Singapura akan menghadapi tantangan selama beberapa tahun.
Hal itu diperkirakan terjadi setelah pemerintah Singapura berupaya menyeimbangkan keberlanjutan stimulus fiskal di tengah pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19.
Tak hanya itu, pemerintah mengisyaratkan bahwa pajak yang lebih tinggi mungkin dipertaruhkan.
Pendapatan operasional tahun ini dimungkinkan 16 persen lebih rendah. Hal tersebut diungkapkan Wakil Perdana Menteri Heng Swee Keat.
“Kami memperkirakan posisi pendapatan kami akan melemah selama beberapa tahun, karena efek Covid-19 pada ekonomi global yang berlangsung lama, dan ekonomi kami melambat,” kata Heng, yang juga Menteri Keuangan seperti dikutip Bloomberg, Senin (5/10/2020).
Ia menyebutkan Singapura harus mengupayakan berbagai cara untuk memperbaiki perekonomian.
Baca Juga
“Kami harus menemukan cara untuk mendanai ini secara berkelanjutan, pajak yang lebih tinggi, dan pengeluaran yang lebih efektif," tambahnya.
Singapura telah menjanjikan sekitar S$100 miliar atau US$ 73,4 miliar dalam langkah-langkah pemberian stimulus untuk melawan efek pandemi.
Hal tersebut disampaikan dalam lima pengumuman hingga pertengahan Agustus yang mencakup subsidi upah, inisiatif transformasi digital, operasi skilling ulang, dan hibah tunai.
Pemerintah Singapura memproyeksikan defisit anggaran sebesar S$74,2 miliar untuk tahun fiskal ini setelah mendapatkan persetujuan presiden untuk menarik sekitar S$52 miliar dari cadangan sebelumnya untuk mendanai bantuan Covid-19.
Heng mengatakan total penarikan cadangan masa lalu tetap dalam jumlah itu. Pemerintah sekarang memperkirakan pendapatan operasional akan menjadi S$ 63,7 miliar, S$ 12,3 miliar lebih rendah dari yang diproyeksikan pada Februari, menurut data Kementerian Keuangan.
Sebelumnya dia mengumumkan beberapa perluasan dari langkah-langkah stimulus seperti untuk karyawan baru, pemerintah telah menawarkan pendanaan bersama dari gaji kotor bulanan pertama sebesar S$5.000 hingga 12 bulan; untuk September hingga Februari, sekarang ini juga akan mencakup sebanyak 50 persen untuk perekrutan baru penyandang disabilitas.
Perpanjangan enam bulan, hingga 30 Juni 2021, untuk paket dukungan pelatihan, dengan peningkatan subsidi biaya kursus untuk sektor yang paling terkena dampak.
Perpanjangan hingga September 2021 untuk Program Pinjaman Sementara guna memberikan modal kerja untuk kebutuhan usaha.
Negara yang konservatif secara fiskal tersebut memanfaatkan cadangannya tahun ini untuk pertama kalinya sejak 2009.
Hal tersebut menimbulkan pertanyaan tentang seberapa cepat para pejabat akan merasa perlu untuk mengisi kembali pundi-pundi tersebut, dan kapan kenaikan yang direncanakan dalam pajak barang dan jasa, atau GST, akan terjadi.
Heng juga mengakui bahwa Singapura unik dengan tidak menumpuk utang, dibandingkan dengan pemerintah di seluruh dunia yang triliunan dolar stimulus terkait pandeminya membebani anggaran dan peringkat kredit.
“Kita harus disiplin untuk mulai mencari nafkah, menabung, dan berinvestasi untuk masa depan lagi,” ujarnya.