Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dari AS-China hingga Vaksin Covid-19, Ini Topik yang Dibahas di Majelis Umum PBB

Selain Covid-19, ada sejumlah topik lain yang menjadi pembahasan dalam sesi General Debate Majelis Umum PBB tahun 2020.
Presiden Joko Widodo tampil perdana menyampaikan pernyataan dalam Sidang Umum PBB ke-75 yang dilakukan secara virtual dan tatap muka, Rabu (23/9/2020) - Kementerian Luar Negeri
Presiden Joko Widodo tampil perdana menyampaikan pernyataan dalam Sidang Umum PBB ke-75 yang dilakukan secara virtual dan tatap muka, Rabu (23/9/2020) - Kementerian Luar Negeri

Bisnis.com, JAKARTA – Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2020 terlihat berbeda. Kali ini, acara rutin yang mempertemukan pemimpin-pemimpin di seluruh dunia tersebut diselenggarakan secara online untuk mencegah penyebaran virus corona.

Dalam sesi General Debate pada Selasa (22/9/2020), pemimpin dunia diminta untuk mengirimkan video berdurasi paling lama 15 menit untuk diputar di Majelis Umum, tetapi batas waktu tersebut tidak banyak dilanggar sejumlah presiden yang memberikan paparan dan pidato panjang. Termasuk presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Dalam kesempatannya, Trump yang dalam beberapa tahun terakhir telah menggunakan panggung PBB menyerah negara saingannya yang lebih kecil seperti Korea Utara dan Iran, memusatkan pidatonya di PBB sebagian besar pada China.

Trump menyalahkan China atas penyebaran virus corona. Dia menyerukan agar China dimintai pertanggungjawaban atas pandemi yang telah menelan korban meninggal hampir satu juta orang tersebut.

Tanpa menyebut nama Trump, Presiden China Xi Jinpin mengecam para pemimpin yang mempolitisasi virus dan berusaha menghindari globalisasi dengan "mengubur kepala mereka di pasir seperti burung unta." Xi Jinping juga mengatakan negaranya "tidak berniat memasuki Perang Dingin dengan negara mana pun.”

Dalam pidato pembukaan Majelis Umum, Sekjen PBB Antonio Guterres memperingatkan bahwa dunia saat ini bergerak ke arah yang sangat berbahaya.

“Dunia kita tidak dapat memiliki masa depan di mana dua ekonomi terbesar membagi dunia dalam dua kubu besar, yang masing-masing memiliki aturan perdagangan dan keuangannya sendiri, selain kapasitas internet dan kecerdasan buatan,” ungkap Guterres, seperti dikutip Bloomberg.

Perseteruan AS-China membingkai debat pembukaan di Majelis Umum PBB tahunan. Selain itu, ada sejumlah tema dan masalah yang dibahas dalam pertemuan tersebut. Berikut ringkasan sejumlah toopik yang dibahas:

 

Pandemi Covid-19

Pandemi virus corona membayangi semua proses dan disebutkan oleh setiap pembicara dalam Sidang Umum. Guterren menjadikan pandemi ini fokus dari pidatonya, dengan mengatakan penyakit itu telah menghapus kemajuan satu dekade di negara-negara berkembang dan membuat negara-negara miskin membutuhkan lebih banyak bantuan untuk berjuang melawan wabah tersebut.

"Kami menghadapi krisis kesehatan yang sangat penting secara bersamaan, bencana ekonomi dan kehilangan pekerjaan terbesar sejak Depresi Hebat dan ancaman baru yang berbahaya terhadap hak asasi manusia," kata Guterres.

 

Kurangnya Pemimpin Wanita

Setelah bertahun-tahun fokus pada masalah keragaman gender, sejumlah pembicara pada hari pembukaan di PBB menyoroti betapa sedikitnya perempuan yang menjadi kepala negara. Ke-35 pembicara yang dijadwalkan pada hari Selasa ini semuanya laki-laki. Baru pada hari kedua, pemimpin wanita pertama dijadwalkan untuk naik podium virtual, yaitu Presiden Slovakia Zuzana Caputova. Setelahnya, Presiden Bolivia Jeanine Anez juga akan berpidato.

 

Ikrar Iklim China

Beberapa menit setelah Trump mengkritik catatan lingkungan China, Xi menyatakan komitmen negaranya untuk menjadi negara bebas emisi karbon pada tahun 2060. Target ini lebih cepat daripada yang sebelumnya ingin ditetapkan Beijing. Xi juga menegaskan kembali tujuannya agar emisi karbon mencapai puncaknya sebelum 2030.

“Umat manusia tidak lagi mampu untuk mengabaikan peringatan berulang tentang alam, karena kita mengambil sumber daya tanpa berinvestasi dalam konservasi, mengejar pembangunan dengan mengorbankan perlindungan, dan mengeksploitasi sumber daya tanpa restorasi,” kata Xi.

 

Kesepakatan Nuklir Iran

Trump secara mengejutkan melunak dalam komentarnya tentang Iran. Ia hanya mengatakan mengatakan bahwa AS menarik diri dari “Kesepakatan Nuklir Iran yang mengerikan dan menjatuhkan sanksi yang melumpuhkan pada negara sponsor teror terkemuka dunia tersebut."

Tetapi desakan AS bahwa sanksi internasional terhadap Teheran mengemuka kembali di tengah klaim AS bahwa kesepakatan nuklir Iran 2015 pada dasarnya sudah mati. Kesimpulan tersebut sebelumnya ditolak oleh 13 dari 15 anggota Dewan Keamanan dan dikritik oleh para pemimpin lainnya.

Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan bahwa mengikuti kepemimpinan AS sekarang akan merusak persatuan dan integritas Dewan Keamanan, serta menanggung risiko semakin buruknya ketegangan di kawasan.

Presiden Iran Hassan Rouhani bersumpah bahwa Iran tidak akan tunduk terhadap tuntutan apa pun dari AS. Ia mengatakan bahwa ini adalah "waktunya untuk mengatakan tidak pada era penindasan dan kesombongan."

 

Peringatan Macron

Macron memperingatkan bahwa lembaga-lembaga internasional termasuk PBB semakin berada pada titik puncak dan tertekan oleh meningkatnya polarisasi dan nasionalisasi di antara para anggotanya. Polarisasi ini membuat kemajuan dalam masalah-masalah utama, termasuk soal pandemi Covid-19, lebih sulit dicapai.

Ia juga menyindir konflik AS dan China yang membuat PBB tidak bisa berbuat apa-apa. Anggota tetap Dewan Keamanan PBB tidak dapat maju mencari solusi atas epidemi karena AS dan China lebih suka menampilkan persaingan.

Penawaran Vaksin Putin

Pemimpin Rusia Vladimir Putin biasanya melewatkan Majelis Umum, tetapi tahun ini dia mengajukan tawaran kepada staf PBB yang berjuang untuk mengelola krisis terkait Covid-19. Ia menawarkan vaksin ‘Sputnik V’ yang dikembangkan negaranya secara cuma-Cuma.

"Kami menawarkan vaksin kami secara gratis untuk dicoba secara sukarela bagi staff PBB," kata Putin. Namun, perkembangan vaksin Rupia yang cepat dan kurangnya pengujian yang ketat membatasi daya tarik dari vaksin itu sendiri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper