Bisnis.com, JAKARTA - Ekonomi India membukukan kontraksi terbesar di antara ekonomi utama pada kuartal kedua 2020, dengan lonjakan infeksi virus Corona baru-baru ini membebani prospek pemulihan.
Kementerian Statistik dalam laporannya menyatakan produk domestik bruto menyusut 23,9 persen dalam tiga bulan hingga Juni dari tahun sebelumnya. Ini adalah penurunan paling tajam sejak negara mulai menerbitkan angka triwulanan pada 1996 dan lebih buruk daripada ekonomi terbesar dunia mana pun yang dilacak oleh Bloomberg.
Estimasi median dalam survei ekonom adalah untuk kontraksi 18 persen. India yang pernah menjadi ekonomi utama dengan pertumbuhan tercepat di dunia, kini berada di jalur kontraksi setahun penuh pertamanya dalam lebih dari empat dekade.
Meskipun ada tanda-tanda awal bahwa aktivitas mulai meningkat pada kuartal ini karena pembatasan pergerakan dikurangi, pemulihan tidak pasti karena India dengan cepat menjadi pusat global untuk infeksi virus.
India melaporkan lebih dari 78.000 infeksi baru pada Minggu pekan lalu, terbanyak diantara negara mana pun, dengan total kasus mendekati 4 juta di negara berpenduduk 1,3 miliar. Hal itu dapat menunda ekonomi yang digerakkan oleh konsumsi untuk dibuka kembali sepenuhnya.
"Sementara awal kuartal Juli-September kemungkinan mendapat keuntungan dari dorongan pasca-lockdown, keuntungan tersebut sudah berisiko hilang di tengah pandemi yang sedang berlangsung dan keraguan New Delhi untuk membuka keran fiskal," kata Priyanka Kishore, kepala Ekonomi India dan Asia Tenggara di Oxford Economics Ltd. di Singapura, dilansir Bloomberg, Selasa (1/9/2020).
Baca Juga
Sementara itu, imbal hasil obligasi pemerintah 10 tahun India turun tiga basis poin menjadi 6,12 persen dengan sekuritas membatasi penurunan bulanan terburuk dalam lebih dari dua tahun. Rupee melemah 0,3 persen menjadi 73,62 per dolar AS.
Adapun, rincian laporan PDB menunjukkan sektor jasa keuangan yang merupakan komponen terbesar dari sektor jasa yang dominan di India, menyusut 5,3 persen. Perdagangan, hotel, transportasi dan komunikasi menurun 47 persen. Sedangkan manufaktur menyusut 39,3 persen, sementara konstruksi turun 50,3 persen.
Output pertambangan turun 23,3 persen, dan listrik dan gas turun 7 persen. Pertanian adalah satu-satunya titik terang, tumbuh 3,4 persen. Sementara itu, bauran kebijakan antara moneter dan fiskal untuk menopang ekonomi sejauh ini tidak akan mencegah India untuk jatuh ke jurang resesi.
Pemerintah hanya memberikan dukungan fiskal terbatas mengingat kendala pada pertumbuhan pendapatan, sementara bank sentral telah memangkas suku bunga sebesar 115 basis poin sepanjang tahun ini, meningkatkan likuiditas dan mentransfer miliaran rupee dividen ke negara.