Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Laba China Construction Bank Corp. Digerogoti Corona, Susut 11 Persen

Dilansir Bloomberg, Minggu (30/8/2020), laba bersih perusahaan turun 11 persen ke 137,6 miliar yuan (US$20 miliar) dalam enam bulan 2020, dari 154,19 miliar yuan pada periode yang sama tahun sebelumnya.
 China Construction Bank (CCB)./Reuters
China Construction Bank (CCB)./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Bank terbesar kedua di dunia berdasarkan aset, China Construction Bank Corp., melaporkan kinerja terburuk dalam lebih dari 10 tahun terakhir pada semester I/2020.

Penurunan kinerja tersebut disebabkan kualitas kredit yang disalurkan ke dunia usaha di seluruh wilayah China memburuk.

Dilansir Bloomberg, Minggu (30/8/2020), laba bersih perusahaan turun 11 persen ke 137,6 miliar yuan (US$20 miliar) dalam enam bulan 2020, dari 154,19 miliar yuan pada periode yang sama tahun sebelumnya. Pencadangan China Contruction Bank melonjak 49 persen seiring dengan pemburukan kualitas kredit.

Sebagai informasi, industri perbankan China menjadi garda terdepan dalam membantu ekonomi Negeri Tirai Bambu tersebut menghadapi krisis terburuk dalam 40 tahun terakhir. Kontraksi ekonomi China disebabkan oleh penghentian aktivitas masyarakat dalam skala besar untuk mencegah penyebaran virus corona (Covid-19).

Otoritas Keuangan China telah meminta bank-bank untuk melepaskan keuntungan senilai 1,5 triliun yuan demi penyediaan kredit berbunga murah, restrukturisasi pinjaman, dan penyaluran kredit ke usaha kecil yang lebih tinggi.

Secara total, industri perbankan China yang terdiri dari lebih dari 1.000 bank komersial membukukan penurunan laba 24 persen pada kuartal kedua 2020, dengan kredit bermasalah mencapai rekor senilai 2,7 triliun yuan.

Citigroup Inc. pada bulan lalu melaporkan pemangkasan target pendapatan 2020-2022 untuk bank-bank besar China, lebih dari 10 persen dan memperkirakan bank-bank ini mengalami penurunan laba sekitar 13 persen pada tahun ini.

"Di bawah tekanan politik, bank-bank China tidak hanya harus memangkas margin bunga untuk membantu sektor riil, tetapi juga perlu meningkatkan pencadangan dan menerapkan asumsi konservatif NPL dalam menentukan provisi," kata analis Citigroup Judy Zhang.

Dia berpendapatan, proyeksi penurunan laba ini bakal berdampak pada kinerja saham bank-bank China.

Moody's Investors Service memperkirakan tekanan kredit bermasalah tetap tinggi di tengah pelemahan daya beli masyarakat. Hal ini menyebabkan laba bank-bank berada dalam tekanan pada sisa tahun ini. Para ekonom memproyeksikan ekonomi China tumbuh 2 persen pada akhir 2020, melambat dari 6,1 persen pada tahun lalu.

Dalam kasus terburuk, bank-bank China bisa mengalami penurunan laba sekitar 20 persen hingga 25 persen pada tahun ini, menurut analis Jefferies Shujin Chen. Pemangkasan lanjutan bakal menekan modal bank, bahkan tanpa pembayaran dividen dan akan berdampak pada stabilitas sistem keuangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper