Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Negara-Negara Dunia Adu Cepat Amankan Pasokan Vaksin Covid-19

Adu cepat mengamankan pasokan ini dilakukan tidak hanya oleh negara maju, seperti AS. Tetapi juga negara-negara berkembang seperti Filipina dan Indonesia. Ini manuver negara-negara tersebut.
Seorang ilmuwan menunjukkan sampel vaksin untuk melawan penyakit  Covid-19 yang dikembangkan oleh Gamaleya Research Institute of Epidemiology and Microbiology, di Moskow, Rusia, (6/8/2020)./Antara-Reuters
Seorang ilmuwan menunjukkan sampel vaksin untuk melawan penyakit Covid-19 yang dikembangkan oleh Gamaleya Research Institute of Epidemiology and Microbiology, di Moskow, Rusia, (6/8/2020)./Antara-Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Seiring tidak terbendungnya korban jiwa akibat pandemi virus Corona dibarengi kejatuhan ekonomi di seluruh dunia, pemerintah di banyak negara kini berlomba mengamankan pasokan vaksin untuk warganya.

Dari dalam negeri, pemerintah Indonesia telah menandatangani perjanjian dengan Sinovac Biotech Ltd. dari China untuk 50 juta dosis konsentrat vaksin Covid-19. Kesepakatan itu memungkinkan PT Bio Farma (persero) untuk memproduksi vaksin secara lokal.

Pemerintah juga mencari kemungkinan kemitraan dengan perusahaan farmasi China lainnya, Sinopharm Group Co Ltd. Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam sebuah pernyataan juga mengatakan dua dari BUMN farmasi telah mengatur kesepakatan dengan Group 42 Holding Ltd, sebuah perusahaan kecerdasan buatan dan komputasi awan yang berbasis di Uni Emirat Arab.

PT Kimia Farma telah mengatur kesepakatan pengembangan vaksin dengan perusahaan yang mencakup komitmen 10 juta dosis tahun ini. Sementara itu, kemitraan PT Indofarma dengan perusahaan itu meliputi penelitian, pengembangan, produksi dan distribusi terkait dengan penyaringan Covid. Kesepakatan itu dapat mempercepat penelusuran dan mendukung aktivitas ekonomi.

Sama halnya dengan Indonesia, Singapura juga sudah bermitra dengan pengembang asing. Adapun Thailand, selain memproduksi sendiri, negara itu juga berniat mendapatkan akses kandidat vaksin Covid-19 yang sedang dikembangkan oleh Universitas Oxford.

"Kami sedang dalam proses menyelesaikan letter of intent kami untuk bekerja sama dengan tim peneliti vaksin Oxford," kata Menteri Kesehatan Anutin Charnvirakul, dilansir Bloomberg, Selasa (25/8/2020).

Transfer teknologi vaksin adalah salah satu dari tiga jalur bagi Thailand untuk mendapatkan akses ke inokulasi. Program penelitian vaksin negara itu sendiri diharapkan mulai diuji coba pada manusia pada September. Thailand juga berencana membeli vaksin lebih awal bulan depan melalui program Covax, yang didirikan oleh kelompok yang terdiri dari Gavi, Aliansi Vaksin, Koalisi untuk Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi, dan WHO.

Adapun, Filipina sedang bernegosiasi dengan 16 produsen vaksin Covid-19 potensial. Wakil Menteri Kesehatan Maria Rosario Vergeire mengatakan negara ini akan bergabung dengan uji coba 14 vaksin pada manusia di bawah Uji Coba Solidaritas Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO dan fasilitas Covax global untuk mendapatkan akses prioritas jika terbukti efektif.

"Kami lebih baik memposisikan diri untuk vaksin ini. Apa pun yang ditemukan aman dan layak untuk negara kami, itulah yang akan kami miliki," kata Vergeire, dilansir Bloomberg.

AS dan Rusia juga telah berkomitmen untuk membagikan stok untuk Filipina yang tidak memiliki kapasitas produksi vaksinnya sendiri.

Dari Benua Eropa, perusahaan farmasi asal AS akan menyuplai 80 juta dosis vaksin ke Uni Eropa. Studi tahap akhir Moderna dimulai pada 27 Juli dan pendaftaran sekitar 30.000 peserta uji coba akan diselesaikan pada September mendatang.

Perusahaan meningkatkan manufaktur global untuk dapat memberikan sekitar 500 juta dosis dan mungkin sebanyak 1 miliar dosis per tahun mulai 2021. Pemerintah Swedia juga bergabung dengan Uni Eropa untuk mendapatkan bagiannya sebesar 6 juta dosis vaksin melalui produsen obat AstraZeneca Plc.

"Ini akan memberi Swedia akses ke vaksin jika disetujui dan dengan itu kami akan dapat mengambil langkah penting untuk mengamankan vaksin untuk Swedia," kata Perdana Menteri Stefan Lofven.

Negara Nordik itu telah mengalami peningkatan dramatis dalam jumlah kematian dan kasus Covid-19 sepanjang Juli. Karin Tegmark Wisell dari badan kesehatan mengatakan sebagian besar penduduk masih sangat rentan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper