Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produsen Vaksin Covid-19, Kemajuan Sains dan Persaingan antar Negara

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, lebih dari 130 lainnya sedang menjalani pengujian bakal vaksin terhadap hewan dan uji laboratorium.
Virus Corona Rusia yang dikembangkan oleh Institut Penelitian Ilmiah Epidemiologi dan Mikrobiologi Gamaleya./Xinhua-RDIF Rusia
Virus Corona Rusia yang dikembangkan oleh Institut Penelitian Ilmiah Epidemiologi dan Mikrobiologi Gamaleya./Xinhua-RDIF Rusia

Bisnis.com, JAKARTA - Saham produsen vaksin Amerika Serikat jatuh karena persaingan dengan kompetitor asal Inggris. Selain itu, fokus pada plasma Covid-19 juga mengurangi antusiasme investor untuk saham tersebut.

Novavax Inc. dan Inovio Pharmaceuticals Inc. masing-masing turun lebih dari 15 persen kemarin. Kedua perusahaan termasuk di antara sekitar 30 perusahaan yang telah mulai menguji vaksin mereka pada pasien. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, lebih dari 130 lainnya sedang menjalani pengujian bakal vaksin terhadap hewan dan uji laboratorium.

Saham pembuat vaksin telah berubah-ubah sejak wabah pandemi ketika Wall Street mencoba memperkirakan waktu dan potensi pendapatan dari inokulasi virus karena administrasi Trump menetapkan target pengembangan vaksin tercepat yang pernah ada.

Administrasi Makanan dan Obat-obatan AS atau FDA mengkonfirmasi telah memberikan otorisasi penggunaan darurat untuk penggunaan plasma dari pasien Covid-19 yang sembuh. Hal itu dikembangkan dari darah orang yang terinfeksi virus dan pulih.

Beberapa dengan cepat mengkritik langkah badan tersebut, dengan pemilihan presiden akan berlangsung dalam waktu lebih dari dua bulan.

"Tindakan tersebut sangat merusak kredibilitas FDA selama krisis kesehatan masyarakat terbesar dalam 100 tahun," kata Michael Carome, direktur kelompok penelitian kesehatan di kelompok advokasi konsumen Public Citizen dalam sebuah pernyataan, dilansir Bloomberg, Selasa (25/8/2020).

Menurut analis bioteknologi Cowen, Yaron Werber perawatan plasma mungkin tidak akan berpengaruh banyak pada akhirnya untuk mengubah permintaan vaksin.

"Datanya tercampur. Selain itu, persediaan plasma penyembuhan yang terbatas. Semua vaksin mampu menetralkan antibodi dari virus, tetapi tidak semuanya dapat memobilisasi respons sel-T, yang memang dibutuhkan," kata Werber.

Analis Cantor Fitzgerald, Charles Duncan mengatakan uji coba vaksin masih penting. Studi fase 2 di bioteknologi Gaithersburg, Maryland yang dimulai Senin pada pasien yang lebih tua adalah kuncinya. Sementara itu, Komisaris FDA Stephen Hahn menunjuk ke data awal yang menjanjikan untuk perawatan plasma.

"Data dari studi yang dilakukan tahun ini menunjukkan bahwa plasma dari pasien yang sembuh dari Covid-19 berpotensi membantu mengobati mereka yang menderita efek virus mengerikan ini," katanya dalam sebuah pernyataan.

Rusia telah memberikan lampu hijau untuk vaksin, sebelum uji coba skala besar diselesaikan. Itu menimbulkan keraguan dan kekhawatiran bahwa politik mungkin lebih mendorong keputusan daripada sains.

Pembuat vaksin lain dengan uji coba manusia yang sedang berlangsung juga merosot di perdagangan AS pada hari Senin. Moderna Inc. turun sebanyak 5,4 persen, sementara penerimaan penyimpanan Amerika atas mitra Pfizer Inc. di Jerman, BioNTech, turun 4,5 persen.

Lomba mengamankan vaksin juga dilakukan oleh banyak negara. Filipina diketahui bernegosiasi dengan 16 produsen vaksin Covid-19 potensial untuk mendapatkan pasokan yang dibutuhkan untuk memerangi wabah paling parah di Asia Tenggara itu.

Wakil Menteri Kesehatan Maria Rosario Vergeire mengatakan negara ini akan bergabung dengan uji coba 14 vaksin pada manusia di bawah Uji Coba Solidaritas Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO dan fasilitas Covax global untuk mendapatkan akses prioritas jika terbukti efektif.

"Kami lebih baik memposisikan diri untuk vaksin ini. Apa pun yang ditemukan aman dan layak untuk negara kami, itulah yang akan kami miliki," kata Vergeire, dilansir Bloomberg, Senin (24/8/2020).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper