Bisnis.com, JAKARTA – Usai liburan HUT Ke-75 Kemerdekaan RI dan liburan Tahun Baru Islam, terjadi peningkatan tren aktivitas di luar rumah, hal ini bisa meningkatkan risiko penularan Covid-19.
Kepala Departemen Epidemiologi FKM Unair Atik Choirul Hidajah mengatakan bahwa penularan Covid-19 terkait dengan pergerakan manusia dan terkait dengan kerumunan. Meskipun belum terlihat, tapi risiko dari kerumunan yang terjadi saat liburan panjang tetap ada.
“Pola pergerakan masyarakat di Indonesia, sampai dengan 23 Agustus 2020, ini kita bandingkan dengan benchline sebelum adanya kasus Covid-19 di Indonesia, ternyata ada tren yang meningkat di sekitar rumah karena memang banyak yang kerja dari rumah,” kata Atik, Selasa (25/8/2020).
Ada beberapa daerah seperti di Jawa Timur dilihat kriterianya berdasarkan objeknya yaitu, ritel dan rekreasi belum mencapai titik normal, tapi sudah ada tren kenaikan, dan terlihat pada terakhir kemarin saat libur panjang.
“Itu terjadi di semua tempat walaupun belum sampai ke benchline, yang menarik di Jawa Timur dan Indonesia pada umumnya, di area publik ini seperti taman atau tempat wisata nasional yang resmi ini aktivtasnya sudah mendekati normal dan ada tren kenaikan ekstrem pada perayaan HUT RI kemarin,” ungkapnya.
Namun, untuk mencari menemukan risikonya, kata Atik, masih perlu dibandingkan dengan pola mobilitas pada 2-3 pekan ke depan.
Baca Juga
Walaupun di Indonesia secara umum mengalami peningkatan aktivitas pergerakan manusia, di Bali berbeda. Pergerakan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan esensial atau farmasi masih cenderung menurun.
“Masyarakat Bali terlihat masih sangat berhati-hati dan kegiatan lainnya masih di bawah benchline,” ungkap Atik.
Pecalang di Bali I Made Sudiarta menyebut bahwa berdasarkan pandangan mata sampai saat ini di area publik tetap sepi meskipun saat libur panjang kemarin.
“Selama saya pantau di Bali tidak terlalu banyak pergerakan dari kerumunan pariwisata yang datang dan tidak seperti yang sebelumnya. Kita tetap mengimbau masyarakat untuk pakai protokol kesehatan yang sudah ditentukan pemerintah,” jelasnya.
Ketika keluar rumah, para warga diharapkan sudah mematuhi protokol kesehatan, seperti mencuci tangan dan memakai masker.
Kendati demikian, Made menyebut saat ini belum ada ada sanksi spesifik di Bali bagi yang melanggar aturan protokol kesehatan. Para pecalang dan penegak hukum lainnya pun hanya bisa memberikan imbauan.
“Kami mengimbaunya kalau tidak pakai akan kena sanksi sosial, tapi secara umum belum ada sanksi tegas untuk menegakkan peraturannya,” ujarnya.