Bisnis.com, JAKARTA - Utang Pemerintah Inggris telah melampaui angka 2 triliun pound sterling (US$2,6 triliun) untuk pertama kali.
Hal ini diproyeksi bakal menimbulkan perdebatan mengenai cara pemerintah membiayai ekonomi yang tertekan oleh pandemi virus corona atau Covid-19.
Dilansir Bloomberg, dengan melewati nilai 2 triliun pound sterling, saat ini utang Inggris juga melebihi 100 persen dari output ekonomi dan menjadi beban paling berat untuk negara ini sejak kisaran 1960, demikian pernyataan Badan Statistik Nasional pada Jumat (21/8/2020).
Data ini akan menambah tekanan bagi Menteri Keuangan Inggris Rishi Sunak terkait berapa lama dia akan membiarkan pinjaman menumpuk. Namun, hanya sedikit pihak yang menyerukan adanya tindakan segera mengenai hal ini.
Para ekonom telah memperingatkan Pemerintah Inggris bahwa menarik dukungan fiskal sebelum waktunya bisa memicu kenaikan pengangguran dan justru menghambat pemulihan ekonomi dari keterpurukan terdalam sepanjang sejarah.
Proses pemulihan ekonomi Inggris dinilai masih dalam jalur. Misalnya saja terlihat dari penjualan ritel yang kembali meningkat lebih cepat dari perkiraan pada Juli dan kembali pada level sebelum pandemi. Aktivitas ekonomi Agustus juga naik ke level tertinggi dalam hampir 7 tahun terakhir.
Kendati demikian, utang pemerintah menunjukkan tekanan pada pendapatan pajak setelah kebijakan lockdown diterapkan pada Maret 2020, yang mendorong ekonomi ke jurang resesi.
Inggris saat ini menghadapi defisit lebih dari 16 persen terhadap PDB, atau tertinggi sejarah. Pandemi corona memukul ekonomi negara ini lebih berat dibandingkan negara lain. Ekonomi Inggris pada kuartal II menjadi yang paling buruk di antara negara besar Eropa lainnya.