Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bahaya! Positivity Rate Corona Jateng 50,7 Persen, Nasional 13,6 Persen, Standar WHO 5 Persen

Menurut anjuran WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) tingkat positivity rate yang aman adalah 5 persen, namun di Indonesia positivity rate-nya mencapai 13,6 persen.
Dokter patologi klinik menunjukkan cara kerja alat Polymerase Chain Reaction (PCR) di Ruang Ektraksi DNA dan RNA Laboratorium Mikrobiologi RSUD Sidoarjo, Jawa Timur, Sabtu (20/6/2020). Pengoperasian alat PCR yang dapat memeriksa 1.000 sampel tersebut, diharapkan bisa mempercepat waktu untuk mengetahui hasil pemeriksaan pasien yang diduga terinfeksi virus corona atau COVID-19 di Sidoarjo. ANTARA FOTO/Umarul Faruq
Dokter patologi klinik menunjukkan cara kerja alat Polymerase Chain Reaction (PCR) di Ruang Ektraksi DNA dan RNA Laboratorium Mikrobiologi RSUD Sidoarjo, Jawa Timur, Sabtu (20/6/2020). Pengoperasian alat PCR yang dapat memeriksa 1.000 sampel tersebut, diharapkan bisa mempercepat waktu untuk mengetahui hasil pemeriksaan pasien yang diduga terinfeksi virus corona atau COVID-19 di Sidoarjo. ANTARA FOTO/Umarul Faruq

Bisnis.com, JAKARTA – Selama ini, masyarakat hanya diberikan informasi tambahan jumlah kasus konfirmasi positif Covid-19 secara nasional, tanpa mengetahui seperti apa peta sebaran Virus Corona dan seperti apa harusnya masing-masing wilayah melakukan penanganan.

Salah satu yang jarang diketahui masyarakat adalah tingkat penularan dan positivity rate atau persentase positif dari semua spesimen yang dites.

Menurut anjuran WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) tingkat positivity rate yang aman adalah 5 persen, namun di Indonesia positivity rate-nya mencapai 13,6 persen.

Sedangkan dari data terakhir pada Kamis (30/7/2020) sendiri, angka positivity rate nasional di posisi 12,4 persen dengan perincian jumlah spesimen per hari 30,046 spesimen dan totalnya 1.477.629 spesimen. Namun, tak semuanya merupakan kasus baru.

Untuk kasus baru, data Kementerian Kesehatan mencatat jumlah orang yang diperiksa secara kumulatif mencapai 856.003 orang dengan perincian pemeriksaan melalui RT-PCR sebanyak 832.614 orang dan TCM 23.389 orang.

Pada Kamis (30/7/2020), juga tercatat kasus konfirmasi positif Covid-19 bertambah 1,904 orang, dengan perincian melalui pemeriksaan RT-PCR sebanyak 1.848 orang dan dari pemeriksaan TCM 56 orang. Dengan tambahan tersebut, total kasus positif secara kumulatif di Indonesia sudah mencapai 106.336 orang.

Sebulan Terakhir Tinggi

Adapun positivity rate yang tinggi ini ternyata sudah berlangsung selama sebulan terakhir. Bukannya semakin turun, malah terus naik. Pada awal Juli positivity rate nasional di posisi 12,2 persen. Padahal, beberapa waktu lalu, beberapa wilayah mengklaim sudah bisa menekan angka kematian atau penyebaran Covid-19.

Ada lima wilayah yang menjadi ‘sarang’ penyebaran Virus Corona, yaitu DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Sulawesi Selatan. Empat di antaranya tak pernah lepas berada di urutan lima besar, yaitu DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat.

Fakta bahwa angka positif  Covid-19 yang tak turun-turun ini seperti kurang disikapi masing-masing wilayah, sehingga penanganannya jadi kurang maksimal.

Seperti Jawa Timur misalnya, ketika Gubernur Khofifah Indar Parawansa mengatakan bahwa Jawa Timur sudah mencapai puncak pandemi pada 28 Juli 2020 lalu, padahal tambahan kasus baik kasus positif baru dan dan angka kematiannya masih terus berada di posisi tiga terbanyak.

salat
salat

Umat muslim melaksanakan shalat Idul Adha 1441 H di Masjid Raya Darussalaam, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Jumat (31/7/2020). Meskipun pemerintah daerah setempat mengeluarkan surat imbauan untuk melaksanakan shalat id di rumah masing-masing, sejumlah masjid di daerah itu tetap melaksanakan shalat Idul Adha 1441 H secara berjamaah di tengah pandemi COVID-19. ANTARA FOTO/Makna Zaezar

Per 28 Juli 2020 tercatat bahwa tingkat kematian akibat Virus Corona di Jatim masih 7,8 persen padahal target dari WHO adalah 2 persen.

Angka tersebut juga lebih tinggi dari angka kematian nasional sebanyak 4,4 persen.

Kemudian, tingkat positivity rate Jatim juga masih tinggi, yakni mencapai 17 persen. Jumlah ini termasuk yang tertinggi di Indonesia dan menjadi penyumbang terbesar dari tingkat positivity rate nasional sebesar 13,6 persen.

Positivity Rate Jateng 50,7

Sementara itu, di Jawa Tengah (Jateng)  berdasarkan data Kemenkes per 20 Juli 2020, Jawa Tengah berada di peringkat tiga untuk melakukan tes dengan jumlah spesimen mencapai total 80.737. Namun, yang memprihatinkan, positivity rate di Jateng justru amat tinggi, yaitu mencapai 50,7 persen.

Adapun, di Jawa Barat, mengutip pikobar.jabarprov.go.id positivity rate-nya untuk tes rapid atau RDT sebanyak 246.964 dengan jumlah reaktif sebanyak 5.780 atau 2,34 persen.

Sementara, untuk tes PCR spesimennya sebanyak 118.209 dengan hasil positif sebanyak 6.841 atau 5,79 persen.

Kemudian, di DKI Jakarta, Gubernur Anies Baswedan mengakui bahwa tingkat sebaran Covid-19 di Jakarta masih tinggi, dengan positivity rate sebanyak 6,5 persen dalam sepekan terakhir. Hal ini membuat Jakarta lagi-lagi harus memperpanjang PSBB Transisi fase 1 sampai 13 Agustus 2020.

Data-data menunjukkan bahwa ada kenaikan penyebaran Virus Corona di Jakarta dan kondisi belum mengalami perbaikan dari dua minggu lalu sampai dengan sekarang, bisa dibilang kondisinya bahkan relatif sama.

“Dalam satu pekan terakhir ini saja kita melakukan testing terhadap 43.316 orang, artinya empat kali lipat dari standar yang ditentukan WHO untuk wilayah seukuran Jakarta ini. Jadi dalam satu pekan terakhir, positivity rate kita 6,5 persen,” ungkap Anies, Kamis (30/7/2020).

Artinya, masih tidak memenuhi standar ideal WHO maksimal 5 persen, walaupun masih di bawah angka nasional dalam satu pekan terakhir 13,6 persen.

Anies mengatakan, agar bisa menekan angka penularan, testing yang dilakukan harus terus agresif dan diutamakan untuk mencari kasus-kasus baru.

“Hari ini saja lebih dari 80 persen spesimen testing DKI adalah untuk menemukan kasus baru, sisanya pengulangan. Jadi sumber daya yang kita miliki kita gunakan untuk tes ulang, tapi untuk cari kasus baru, tujuannya untuk keselamatan warga,” kata dia dalam video keterangan resmi.

 “Bila kita kurangi angka tesnya, mungkin angka positif di Jakarta akan rendah. Jakarta akan kelihatan, oh seperti aman, padahal nyatanya wabah itu masih ada. Yang kita lakukan untuk mengalokasikan sumber daya kita 80 persen lebih untuk menemukan kasus baru,” tambah Anies.

Bahaya! Positivity Rate Corona Jateng 50,7 Persen, Nasional 13,6 Persen, Standar WHO 5 Persen

Pekerja melintas di antara bilik kamar di Sarana Olaraga Tri Dharma yang dijadikan ruang isolasi mandiri Covid-19 di Gresik, Jawa Timur, Senin (20/7/2020). Petrokimia Gresik mengubah sarana olaraga tersebut menjadi ruang isolasi mandiri Covid-19 yang terdiri dari 40 ruangan dengan kapasitas 80 tempat tidur yang telah dilengkapi sejumlah fasilitas pendukung, hal itu bertujuan sebagai bentuk antisipasi tingginya kasus mewabahnya Virus Corona di Surabaya Raya. ANTARA FOTO/Zabur Karuru

Peringatan

Dengan angka positivity rate yang terus meningkat ini, Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan bahwa hal itu harus menjadi perhatian bagi seluruh masyarakat.

“Ini jadi peringatan, perlunya kewaspadaan bagi kita bersama, bahwa kita harus mampu menurunkan tingkat penularan,” ungkapnya, Kamis (30/7/2020).

Dengan data tersebut, terutama dalam perayaan Iduladha, masyarakat juga diimbau agar tidak melaksanakan mudik. Pasalnya, daerah asal dan tujuan mudik ternyata menjadi wilayah-wilayah yang masuk selalu masu dalam lima besar yang selalu mencatatkan tingkat penularan per harinya tinggi.

“Perlu menjadi perhatian, dalam rangka menjalankan ibadah Iduladha, terutama yang mudik agar dipertimbangkan dan dihindari. Kami ingin mengimbau agar kita betul-betul melindungi keluarga terutama usia rentan dalam momentum Iduladha,” ujarnya.

Wiku menyebutkan, kasus positif dikontribusikan oleh masyarakat dengan usia 31-45 tahun sebesar 31,3 persen. Sedangkan, kasus meninggal paling tinggi terjadi pada usia lebih dari 45 tahun dengan tingkat 78 persen.

“Ini adalah jumlah yang sangat tinggi dari usia rentan yang berpotensi meninggal. Orang yang muda harus betul-betul menghindari kontak dengan usia rentan. Ini agar dihindari, seperti pesan Dirjen WHO, bahwa bepergian saat Corona layaknya keputusan hidup dan mati,” tegasnya.

Dia berpesan agar masyarakat tetap melaksanakan protokol kesehatan, terus melakukan 3 M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak), 3S (semprot semua sarana), dan 3T (tes telusuri dan tanggulangi).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper