Bisnis.com, MAGELANG - Siang ini, sekitar pukul 11.00 WIB prosesi pemakaman janazah sastrawan dan budayawan Ajip Rosidi akan berlangsung di Magelang.
Almarhum Ajip Rosidi akan dimakamkan di makam keluarga yang berada di sebelah timur rumah duka di Desa Pabelan, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Kamis (30/7/2020).
Menurut anak lelaki Ajip Rosidi, Titis Nitiswari, rencananya jenazah Ajip dimakamkan sekitar pukul 11.00 WIB.
Ajip Rosidi meninggal dunia pada usia 82 tahun di Rumah Sakit Umum Daerah Tidar Kota Magelang pada Rabu (29/7), setelah sekitar sepekan menjalani perawatan di rumah sakit.
Almarhum meninggalkan seorang istri, Nani Wijaya, serta enam anak, 11 cucu, dan empat cicit. Sebelum menikah dengan Nani Wijaya, Ajip sempat menduda setelah istri pertamanya Fatimah Wirjadibrata meninggal dunia pada tahun 2014.
Menurut Titis ayahnya dibawa ke rumah sakit pada Kamis (23/7) dan pada Sabtu (25/7) menjalani operasi karena mengalami pendarahan otak.
Baca Juga
"Selama ini Bapak juga menderita kanker," kata Titis.
Ajib berasal dari Jatiwangi, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Dia menaruh minat besar pada perkembangan bahasa dan sastra Sunda.
Ajip telah menghasilkan ratusan karya dalam bentuk buku maupun publikasi tulisan serta mendapatkan gelar doktor kehormatan bidang ilmu budaya dari Universitas Padjadjaran pada 2011.
Kawal Pendirian TIM
Butet Kartaredjasa mengenang sastrawan dan budayawan almarhum Ajip Rosidi sebagai sosok yang mengenalkannya dengan dunia sastra.
Butet bercerita saat masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama, dia membaca buku-buku puisi dan novel terbitan Pustaka Jaya yang didirikan Ajip tahun 1971 lalu.
“Saya membaca sastra pertama kali, novel-novel itu, terbitan Pustaka Jaya. Enggak ada Pak Ajip, ya, saya enggak membaca sastra,” ujar Butet kepada Tempo lewat sambungan telepon pada Rabu (29/7/2020) malam.
Ajip Rosidi, kata Butet, memiliki pengaruh yang besar dalam perkembangan dunia seni di Indonesia. Ia menggambarkan Ajip sebagai seorang sastrawan hebat yang mampu mengelaborasikan idealisme seninya sebagai basis ekonomi.
Ajip juga merupakan salah satu tokoh awal yang mengawal berdirinya Taman Ismail Marzuki. Ia juga pernah menjabat sebagai Ketua Dewan Kesenian Jakarta pada tahun 1972-1981.
Muara Para Seniman
Menurut Butet, pada medio 1970-an, Ajip Rosidi menjadi muara bagi seniman yang datang ke Ibu Kota.
Setelah mendirikan Pustaka Jaya, saat ini menjadi Dunia Pustaka Jaya, Ajip menampung para pelukis untuk membuat halaman depan dari buku-buku yang hendak ia terbitkan
“Tokoh-tokoh Rendra semua itu datangnya ke Pak Ajip. Kalau butuh duit, ya, ke Pak Ajip karena dia relatif secara ekonomi mapan. Pelukis-pelukis Jakarta itu bermuaranya ke Pak Ajip,” ujar Butet.
Ajip Rosidi meninggal pada Rabu malam, 29 Juli 2020, sekitar pukul 22.30 WIB, pada usia 82 tahun.
Ajip meninggal dalam perawatan pascaoperasi di Rumah Sakit Umum Daerah Tidar Kota Magelang, Jawa Tengah.
Ajip telah menghasilkan ratusan karya dalam bentuk buku maupun publikasi tulisan.
Semasa hidupnya, Ajip menaruh minat besar terhadap perkembangan bahasa dan sastra Sunda. Tak hanya bahasa dan sastra Sunda, Ajip juga memperhatikan sastra dan budaya daerah.
Anugerah Sastra Rancage
Ajip dan sejumlah nama lainnya berperan dalam mendukung budaya daerah. Melalui Hadiah Sastra Rancage, Ajip dan kawan-kawan memberikan penghargaan kepada orang-orang yang dianggap telah berjasa bagi pengembangan bahasa dan sastra daerah.
Penghargaan ini diberikan oleh Yayasan Kebudayaan Rancage, yang didirikan Ajip Rosidi, Erry Riyana Harjapamekas, Edi S. Ekajati, dan beberapa tokoh lainnya.
Pada awalnya (tahun 1989 hingga 1993), hadiah sastra ini hanya mencakup sastra Sunda, namun kemudian penghargaan ini juga diberikan kepada dunia sastra Jawa (sejak 1994), sastra Bali (sejak 1998), dan sastra Lampung (sejak 2008).
Pada tahun 1990, Hadiah Sastra Rancage menjadi dua, yaitu untuk karya yang terbit berupa buku dan untuk jasa bagi mereka (perorangan atau lembaga) yang berjasa dalam pengembangan bahasa dan sastra daerahnya.
Sejak tahun 1993, penghargaan ini juga dilengkapi dengan Hadiah Samsudi, yakni penghargaan khusus untuk penulis buku bacaan anak berbahasa Sunda.
Sejak 2004, panitia telah membagikan piala dan hadiah uang tunai sebesar 5 juta rupiah untuk masing-masing pemenang, demikian dikutip dari Wikipedia.